GELORA.CO - Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, menilai sikap ofensif calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo atau Jokowi pada debat dan selama masa kampanye karena antusias publik beralih dari dirinya kepada calon wakil presiden 02, Sandiaga Uno. Siti melihat antusiasme publik kepada Sandiaga pada pemilihan presiden 2019 ini sama dengan antusiasme publik terhadap Jokowi pada pilpres 2014.
Menurut Siti, pada pilpres 2014, ofensifitas Jokowi tidak terlihat. Salah satu faktor yang membuat sikap Jokowi berubah, kata dia, adanya kekhawatiran kalah karena kondisi politik pada pilpres 2019 tidak ada banyak lagi sentimen positif dari masyarakat untuk Jokowi.
Menurut siti, pada pilpres 2014, citra Prabowo Subianto yang saat itu maju menggandeng Hatta Rajasa, tenggelam oleh citra Jokowi dengan gagasannya 9 program nawacita atau yang ia sebut sebagai Jokowi effect. "Nah, itu yang tidak hadir di 2019, pengelu-eluan Jokowi tidak muncul lagi. Nawacita yang menjadi benchmarking di 2014 itu yang mustinya dilaksanakan selama empat tahun terakhir ini tidak muncul kembali," kata Siti kepada Tempo, Kamis 21 Februari 2019.
Sebaliknya, Siti mengatakan, pada pilpres 2019 ini, masyarakat sudah bisa menilai kinerja Jokowi. Ia menilai strategi yang diterapkan kubu Prabowo - Sandiaga menyerang kondisi ekonomi yang belum baik dan masalah hukum yang runcing ke bawah tepat.
Siti juga melihat pada pilpres 2019 ini, Jokowi menghadapi lawan tanding yang bisa diperhitungkan. Selain Prabowo yang ia nilai bisa merangkul suara ulama, sosok Sandiaga juga membumi. Menurut dia, kegandrungan emak-emak dan milenial kepada Sandiaga pada pilpres kali ini serupa dengan Jokowi pada 2014.
"Dia (Sandiaga) meskipun calon wakil presiden, tapi dia faktor pendongkrak yang signifikan untuk Prabowo. Antusiasme, the power of emak-emak dan milenial itu yang tidak tertahankan. Jadi justru, effect itu ke Sandi effect gitu, bukan Jokowi effect lagi," tuturnya.
Perangai Jokowi selama masa kampanye ini, dinilai lebih agresif. Terlihat dari serangan-serangan yang dilancarkan dalam debat, serta kerap menyerang balik serangan-serangan yang datang dari kubu lawan. Terakhir Jokowi menanggapi langsung serangan soal jalan desa yang ia klaim telah terbangun 191 ribu kilometer, dengan meminta pihak yang meragukannya untuk mengukur langsung jalan-jalan tersebut.
"Kalau ada yang sangsikan 191 ribu kilometer tidak mungkin, ya silakan ukur sendiri," ucap Jokowi saat memberi pengarahan kepada peserta Rapat Koordinasi Nasional Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Ecovention Ocean Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Rabu, 20 Februari 2019. [tco]