GELORA.CO - Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno mengungkapkan, bahwa persaudaraan alumni (PA) 212 kini mulai curiga bergabungnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ke PDI-P lantaran ingin balas dendam.
Ahok, kata Adi, dicurigai ingin menjadikan PDI-P sebagai kendaraan atau alat untuk membalas dendam pada kelompok yang memenjarakannya, terkait kasus penistaan ayat suci Alquran, Al-Maidah 51 di Kepulauan Seribu.
"Semalam saya diskusi dengan Alumni 212 Novel Bamukmin, dia ngomong bahwa di PA 212 itu mencurigai kembalinya Ahok ke PDI-P dikhawatirkan menjadi ajang untuk membalas dendam kepada kelompok yang memenjarakan Ahok," ujar Adi di restoran Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (10/2/2019).
Adi mengaku mendapat informasi terdebut langsung dari Ketua Media Center PA 212 Novel Bamukmin. Ahok dicurigai akan menggunakan PDI-P sebagai kendaraan politik untuk memperoleh lagi kekuasaan.
"Jadi kelompok 212 sekalipun Ahok hanya anggota biasa di PDI-P dikhawatirkan dia mengakumulasi kekuatan politiknya di PDI-P apalagi berpotensi jadi menteri dan seterusnya. Ini akan menjadi ancaman besar terhadap 212," katanya menjelaskan.
Di sisi lain, menurut Adi, bergabungnya Ahok ke PDI-P juga otomatis untuk menggaet suara para Ahokers yang saat ini belum menentukan pilihan.
Dengan demikian, Ahokers akan ikut melabuhkan dukungannya ke PDI-P dan Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019.
"Ahokers minimal tidak galau. Mereka tidak galau apalagi mengancam golput untuk memilih di 2019. Ahoker kan tumbuh di mana-mana, menantikan kiprah Ahok di politik. Setelah Ahok ke politik masuk ke PDI-P ini, loyalis-loyalis Ahok ini akan berdenyut di mana-mana," tutur Adi.
Sebelumnya diberitakan, Ahok resmi menjadi kader PDI-P sejak 26 Januari 2019. Dia mengaku PDI-P sejalan dengan ideologi perjuangannya. Dia pun mengaku mantap menjadi kader partai berlambang banteng moncong putih itu.
"Memang sesuai garis ideologi perjuangan saya," kata Ahok ketika ditanya alasannya menjadi kader PDI-P kemarin. [ts]