GELORA.CO - Aktivis sekaligus Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga menjeleaskan maksud doa yang ia panjatkan ketika perhelatan Munajat 212, Kamis (21/2) lalu. Neno menegaskan, doa tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan ajang pemilihan presiden (pilpres). Terlebih, menyamakan pilpres dengan Perang Badar zaman Rasulullah SAW.
"Sama sekali tidak berhubungan. Saya hadir di acara Munajat 212 atas nama pribadi. Doa itu pun atas keprihatinan saya terhadap diri sendiri,” kata Neno ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (24/2).
Ia mengaku heran, akan banyaknya pihak yang menganggap doa tersebut sebagai sikap menyamakan ajang Pilpres dengan Perang Badar. Menurutnya, hal itu sangat mengada-ada dan jauh dari konteks doa.
Menurut Neno, setiap hari, tiap manusia tentu berperang melawan hawa nafsunya sendiri. Bukan perang dengan sesama masyarakat hanya karena beda pilihan. Oleh karena itu, doa yang ia panjatkan agar tidak diterjemahkan dalam lingkup yang sempit.
Selain itu, kata 'kami' yang disebutkan Neno dalam doa tersebut mewakili diri Neno sendiri. Bukan suatu kelompok tertentu, termasuk pasangan calon capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga. Neno mengaku, memang, doa yang ia panjatkan terinspirasi dari kisah Perang Badar saat zama rasul.
Hanya saja, bukan berarti doa tersebut lantas terasosiasikan dengan pertarungan politik yang tengah terjadi saat ini. Neno menuturkan, doa tersebut pun sering ia panjatkan dalam berbagai situasi yang dihadapi.
"Saya terpikat ketika mendengar Rasulullah SAW. pernah membawakan doa itu. Saya terkagum-kagum makanya sering saya panjatkan doa itu," ujar dia.
Selain itu, Neno juga menepis tudingan bahwa dengan doa itu, ia menantang Tuhan. Sebab, kata dia, doa justru dipanjatkan untuk memasrahkan diri kepada Allha SWT dan berharap yang terbaik untuk kemaslahatan bangsa.
Sebelumnya, Ketua PBNU Robikin Emas mengingatkan Neno Warisman untuk tidak mengandaikan pilpres sebagai perang. Menurut Robikin, pengandaian pilpres sebagai perang adalah kekeliruan.
"Pilpres hanya kontestasi lima tahunan," kata Robikin melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Sabtu (23/2).
Robikin menanggapi puisi Munajat 212 yang dibacakan Neno pada malam Munajat 212 yang digelar di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (21/2). Puisi Neno yang kontroversial pada penggalan berikut:
"Namun, kami mohon jangan serahkan kami kepada mereka yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak, cucu kami dan jangan, jangan kau tinggalkan kami dan menangkan kami. Karena jika engkau tidak menangkan kami, (kami) khawatir Ya Allah, kami khawatir Ya Allah, tak ada lagi yang menyembahmu."[rol]