GELORA.CO - Penetapan tersangka Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Maarif adalah bukti kepanikan rezim Joko Widodo.
Sebelum Slamet Maarif, pembungkaman kritik lewat kriminalisasi hukum sudah dialami musisi Ahmad Dhani dan akademisi Buni Yani. Menyusul, pemeriksaan terhadap ahli filsafat Rocky Gerung.
Ketua Sekretariat Nasional (Seknas) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Muhammad Taufik mengatakan, pembungkaman kritik lewat kriminalisasi hukum ini bentuk kepanikan petahana menghadapi Pilpres 2019.
Setelah panik, maka muncul blunder. Dan blunder terbesar Jokowi adalah hoax pembebasan ustaz Abu Bakar Baasyir.
"Dari panik maka muncul jadi blunder. Kalau blunder terus-terus, insyaAllah ini tanda-tanda kita mau menang," ujar Taufik pengantar diskusi "Jelang Pilpres: Jokowi Blunder & Panik?" di kantor Seknas Prabowo-Sandi Jl. Hos Cokroaminoto No. 92 Menteng, Jakarta Pusat (Selasa (12/2).
Taufik menegaskan, rezim saat ini bisa saja membungkaman kritikan, tapi mereka tidak akan bisa menghentikan kehendak rakyat yang menginginkan pemimpin baru.
"Mereka bisa tangkap semua yang berhubungan dengan Pak Prabowo dan Pak Sandi. Tapi mereka tidak bisa kerangkeng kehendak rakyat untuk melakukan perubahan," tutup ketua DPD Gerindra Jakarta itu.
Pembicara dalam diskusi yaitu, Wakil Ketua DPR Fadli Zon, budayawan Ridwan Saidi, dai nasional Ustaz Fahmi Salim, dan dosen psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Aad Satria Permadi. [rmol]