GELORA.CO - Setelah beberapa waktu lalu bendera Partai Demokrat dirusak di Pekanbaru, Riau, kini giliran alat peraga kampanye (APK) Jansen Sitindaon yang merupakan Ketua DPP partai berlambang Mercy itu.
Demokrat mengutus Jansen untuk bertarung di dapil Sumatera Utara yang menjadi tanah kelahirannya. Dari daerah tersebut, Jansen berharap dapat melenggang ke Senayan.
Jansen berada di Dapil III yang mencakup Kabupaten Langkat, Kota Binjai, Kabupaten Tanah Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kota Siantar, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Batubara, Kabupaten Asahan dan Kota Tanjung Balai.
Baru-baru ini, Jansen mendapat laporan dari tim pemenangannya, bahwa APK-nya dirusak seseorang yang belum diketahui identitasnya. Hal ini membuat Jansen menduga ada kaitannya dengan Pilpres 2019.
"Di kampung saya, kecenderungan pemilihnya tidak mendukung Prabowo. Mungkin ada dari mereka yang tidak suka dengan dukungan penuh saya ke Prabowo. Tidak bisa ketemu orangnya langsung, balihonya yang dirusak," kata pria kelahiran Dairi ini, Rabu (20/2) lalu.
Di sisi lain, Jubir Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf Sumut, Sutrisno Pangaribuan menilai, yang disampaikan Jansen terlalu tergesa-gesa. "Laporkan saja ke Bawaslu dan kepolisian setempat. Lebih baik melapor dulu, baru jumpa pers. Jangan buru-buru konpers sedangkan laporannya belum ada," katanya, Kamis (21/2) kepada Rakyat Merdeka.
Sutrisno pun tidak terima jika kejadian ini dikaitkan dengan Pilpres. "Kalau ini dikaitkan dengan capres-cawapres 01, kami tidak main-main. Kami akan mengejar pihak berwajib agar Jansen dipanggil," sambungnya.
Menurut Sutrisno, suasana politik di Sumut, khususnya di dapil Jansen terbilang sejuk. "Adem-adem saja. Memang dapil Jansen itu basis kami. Tapi, kami tidak pernah mengganggu orang lain," tandasnya.
Berikut ini penjelasan lengkap Sutrisno Pangaribuan dan Jansen Sitindaon:
Sutrisno Pangaribuan: Ikuti Saja Cara Kami, Dirusak 1, Pasang 10
Jansen menduga, perusakan alat peraga kampanyenya berbau Pilpres...
Kami tidak pernah menebar kebencian dengan siapa pun. Setiap orang berhak menentukan masing-masing pilihan dan diatur undang-undang. Mau dukung ke pihak lain di luar yang kami dukung, itu tidak masalah. Kami tidak pernah mengusik.
Kami ini membawa politik gembira, jangan ada politik adu domba. Kami pastikan, itu bukan dari pihak kami. Kami tidak pernah menginstruksikan anggota untuk melakukan perusakan atau semacamnya.
Yakin tidak ada hubungan dengan TKD Jokowi-Ma'ruf?
Tidak mungkin itu. Kami dalam memperluas dukungan, turun, bertemu dengan masyarakat. Kami tidak menganggap kompetisi ini dengan permusuhan. Silakan saja orang mau memilih masing-masing dukungannya. TKD tidak terganggu dengan siapapun. Tidak ada instruksi, dan dipastikan bukan dari kami.
Jansen bilang, di kampungnya itu cenderung tidak mendukung Prabowo...
Dia kan Sumut III, memang sebagian besar dari wilayah Tanah Karo, kami menilai, adalah basis kami. Beberapa dari Sumut III memang menjadi basis kami. Tetapi, jangan dilempar ke pihak lain atau soal Pilpres. Jangan-jangan nanti internal yang berkompetisi, lalu mencoba mencari kambing hitam.
Kenapa Anda mengatakan demikian?
Ya, biasanya dalam kontestasi politik ini, sesama kompetitor kadang bermain. Mumpung bisa dikaitkan dengan pihak lawan, ya kami yang tertuduh. Padahal, kami tidak pernah berencana untuk merusak alat peraga kampanye orang lain.
Gelisahkah Anda dengan pernyataan Jansen?
Mengalamatkan ke arah Pilpres sudah biasa kami alami. Biar nanti publik yang menilai sendiri. Tapi kalau sampai nanti ada tuduhan secara langsung, ya kami tidak tinggal diam. Kalau itu dikaitkan dengan capres-cawapres 01, kami tidak main-main. Kami akan mengejar pihak berwajib agar Jansen dipanggil.
Jadi begini, orang-orang menilai, perusakan APK kan ada hukumnya. Laporkan saja ke Bawaslu dan kepolisian setempat. Lebih baik melapor dulu, baru konfrensi pers. Jangan buru-buru konpers sedangkan laporannya belum ada.
Suhu politik di Sumut, khususnya dapil Jansen seperti apa?
Adem-adem saja. Memang dapil Jansen itu basis kami. Tapi, kami tidak pernah mengganggu orang lain. Calon-calon pemilih 01 itu tidak akan pernah mengganggu pilihan orang lain.
Bahkan, ada APK-APK kami yang dirusak, tapi kami anggap biasa saja. Dirusak satu, maka kami tambah 10. Jadi, jangan cengeng dalam berpolitik. Semakin ke sini, politik kita kok semakin banyak orang cengeng. Lalu menuduh. Ikuti saja cara kami, dirusak 1 maka pasang 10.
Adakah contoh APK pihak Anda yang dirusak?
APK saudara Sihar Sitorus di Tapanuli Selatan. Tapi kami tenang, malah kami tambah. Daripada kami lempar ke publik, cengeng nanti kita. Kecuali kalau memang ingin dikenal publik.
Apa sebaiknya langkah pihak yang APK-nya dirusak?
Serahkan saja ke Bawaslu dan kepolisian. Maka dari itu, caleg-caleg, tim kampanye yang merasa ada perusakan, datangi Bawaslu, datangi pihak berwajib, sampaikan kepada mereka bahwa APK saya dirusak, siapa terduga pelakunya.
Begitu kan jelas proses hukumnya. Daripada menuding hanya untuk melempar citra jelek kepada orang lain.
Jansen mau lapor ke polisi...
Silakan, yang begitu kami dukung. Biar terang benderang, dan itu lebih baik. Pada intinya, ini tidak ada hubungan dengan Pilpres. Bagi 01, politik ini menjadi politik kegembiraan yang menghadirkan suka cita.
Kami tidak mungkin menyuruh anggota kami melakukan perusakan. Silakanlah Jansen secara jantan datangi kepolisian, supaya kasus ini terang benderang.
Jansen Sitindaon: Curigai Dua Motif Perusakan Alat Peraga
Apakah benar alat peraga kampanye Anda di Sumatera Utara dirusak?
Benar. Selasa (19/2) malam, saya mendapat laporan dari tim saya di Dairi, Sumut bahwa telah terjadi perusakan terhadap beberapa baliho saya. Ini terjadi terhadap baliho saya yang berdiri secara berdekatan di Jalan Pahlawan, Panji, Kecamatan Sidikalang. Adapun bentuk kerusakannya, dirobek menggunakan pisau sejenis cutter di area wajah.
Anda menyesalkan kejadian ini?
Perusakan alat peraga kampanye ini, tentu sangat saya sesalkan. Upaya hukum akan saya tempuh. Biarlah persoalan ini dituntaskan penegak hukum. Biar jelas dan terang benderang. Saya pulang ke Dairi untuk melaporkan ini secara resmi ke Bawaslu dan kepolisian.
Apakah ada kaitannya dengan lawan politik Anda?
Yang jelas, saya dapat memastikan, ini ulah tangan manusia. Karena melihat pola dan jenis kerusakannya yang identik, lantaran di bagian baliho yang rusak seperti disayat. Identik di semua baliho yang dirusak, sebagaimana bisa dilihat di foto.
Motifnya apa?
Saya dan tim masih mendalami. Tapi yang pasti, semua baliho saya ini dipasang berdasarkan aturan dan ketentuan yang ada. Pun saya merasa tidak ada perlakuan buruk di Dairi, kampung halaman tempat saya lahir. Apalagi, waktu saya lebih banyak di Jakarta. Saya tidak punya konflik dengan siapa pun di Dairi.
Dugaan Anda, mengarah ke motif apa?
Dugaan saya, karena ini masa kontestasi elektoral, maka hanya ada dua motif. Pertama, mungkin ini ada kaitannya dengan efek Pilpres. Saya kan selama ini keras sekali mendukung Prabowo. Boleh dikatakan, saya ini die hard-nya pendukung Prabowo. Hampir empat bulan ini, saya banyak tampil di media, baik televisi maupun cetak, bicara mendukung Prabowo.
Sedangkan di kampung saya ini, saya sadari, kecenderungan pemilihnya kan tidak mendukung Prabowo. Mungkin ada yang tidak suka dengan dukungan penuh saya ke Prabowo. Tidak bisa ketemu orangnya langsung, balihonya yang dirusak.
Motif kedua?
Masih ada kaitannya dengan kontestasi elektoral. Mungkin ada pesaing saya di Dapil III Sumut ini. Khususnya di Dairi, lokasi terjadinya perusakan baliho. Mungkin ada yang terganggu dengan kehadiran saya di pencalegan kali ini. Buat saya, ini kan nyaleg yang pertama kali. Kemunculan saya ini, mungkin ada yang menganggap akan membuat suaranya terganggu. Karena, dimana-mana, saya selalu membawa identitas sebagai Anak Dairi.
TKD Jokowi-Maruf Sumut mengatakan, suhu politik di Sumut, khususnya dapil Anda, adem-adem saja...
Kalau baik baik saja, APK saya tidak dirusak dong. Meski demikian, saya tidak menuduh siapa pun.
TKD Jokowi-Ma'ruf Sumut tidak berkenan kejadian ini Anda kaitkan dengan Pilpres...
Yang jelas, saya tidak menuduh mereka.
Tapi kan, Dapil Anda mungkin didominasi suara capres-cawapres 01...
Kalimat saya itu, di dapil saya kecenderungannya tidak mendukung capres-cawaspres 02.
Tapi yang tersirat, suara di sana didominasi untuk capres-cawapres 01...
Pokoknya, di sana itu kecenderungannya tidak memilih 02.
Lantas, langkah apa yang akan Anda tempuh?
Kemarin saya pulang ke Dairi untuk melaporkan perusakan ini secara resmi ke Bawaslu. Juga ke kepolisian untuk tindak pidana umumnya. Hal ini agar diusut siapa pelakunya demi kebaikan pemilu, dan agar tidak ada lagi korban-korban seperti saya.
Apa hikmah dari peristiwa ini bagi Anda?
Cukuplah sekali ini saja Pileg dan Pilpres berbarengan. Karena dampaknya ke caleg besar sekali. Khususnya bagi caleg yang di dapilnya mayoritas masyarakat memilih kandidat Presiden tertentu. [rmol]