GELORA.CO - Joko Widodo justru dinilai menunjukkan kekhawatiran dengan pernyataannya tidak percaya media sosial.
"Pak Jokowi sepertinya sadar kalau memang netizen menunjukkan sentimen negatif kepada Pak Jokowi dan Kyai Ma'ruf sedangkan Pak Prabowo dan Bang Sandi sangat positif di media sosial," kritik koordinator Prabowo-Sandi Digital Team (PRIDE), Anthony Leong di Jakarta.
Anthony yang juga anggota Direktorat Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi siap membuktikan data kekalahan Jokowi-Maruf di pembicaraan media sosial melalui metode big data.
"Ini era big data, semua data digital bisa dicapture. Kami akan maksimalkan algoritma di media sosial untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas Prabowo-Sandi. Jokowi menang di sosmed 2014 jangan karena sekarang kalah jadinya tidak percaya," lanjutnya.
Pakar digital ini juga menekankan bahwa sekarang interaksi media sosial menjadi arena yang penting dalam suatu kontestasi demokrasi termasuk Pemilu 2019 nanti.
"Di era demokrasi ini, media sosial itu medan tempur yang juga harus dimenangkan. Opini dibentuk dalam ruang-ruang interaksi di berbagai media sosial," terangnya.
Akhir pekan lalu, dalam peringatan Hari Pers, Presiden Joko Widodo menyampaikan era media sosial membuat siapa pun dapat bekerja sebagai jurnalis, tetapi tidak sedikit yang menyalahgunakan media sosial untuk menebar ketakutan di ruang publik.
"Sekarang setiap orang bisa bisa menjadi wartawan dan pemred. Tetapi kadang digunakan untuk menciptakan kegaduhan, ada juga yang membangun ketakutan pesimisme," kata Jokowi.
Presiden memisalkan, saat pemerintah menyampaikan satu informasi yang berisi kabar baik dan fakta. Namun yang muncul di ruang publik disimpulkan sebagai satu pencitraan semata.
"Jangan diartikan sebagai kampanye atau pencitraan, tetapi itu untuk membangun masyarakat yang sadar akan informasi," kata dia. [rmol]