GELORA.CO - Kedutaan Besar Rusia di Jakarta angkat bicara soal capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi), yang belakangan menyebut ada pihak yang menggunakan propaganda Rusia dalam hajatan Pilpres 2019 ini.
Menanggapi hal tersebut, Jokowi mengatakan dia tidak berbicara mengenai negara Rusia. Melainkan soal sebuah terminologi dari propaganda Rusia atau apa yang dikenal sebagai Firehose of Falsehood lembaga asal Amerika Serikat RAND Corporation menerbitkan sebuah studi mengenai hal itu strategi tersebut.
"Ini kita tidak bicara mengenai negara Rusia, tapi terminologi dari artikel di RAND Corporation," ujar Jokowi di kediaman Akbar Tandjing, Jalan Purnawarman, Jakarta, Selasa (5/2) malam.
"Sekali lagi ini bukan urusan membicarakan negara, kita Indonesia dan Rusia. Saya dengan presiden putin sangat-sangat baik hubungannya," tambahnya.
Lebih lanjut, Jokowi menuturkan, istilah propaganda Rusia ini dari sebuah artikel yang ditulis oleh Christopher Paul dan Miriam Matthews, studi ini mengungkap bahwa strategi Firehouse of Falsehood memanfaatkan kondisi psikologis seseorang yang terpapar informasi secara terus-menerus. Keberhasilan strategi ini, banyak berutang pada banyak ilmu-ilmu yang berakar pada cabang psikologi.
"Sehingga ya memang tulisannya seperti itu, bahwa yang namanya semburan kebohongan. Semburan dusta, semburan hoaks itu bisa mempengaruhi dan membuat ragu dan membuat ketidakpastian," tegasnya.
Sehingga, lanjutnya, ada beberapa negara yang dalam berkompetisi menjadi kepala negara berhasil menerapkan strategi propaganda Rusia itu. Itu karena masyarakat tidak disuguhkan data-data yang falid. Sehingga termakan strategi asal Rusia itu.
"Itu biasanya di negara-negara lain di tanpa didukung oleh data-data yang kongkrit, ya memang seperti itu," pungkasnya.
Diketahui, sebelumnya strategi dengan menerapkan propaganda ala Rusia belakangan menyeruak. Setelah Presiden yang juga capres nomot urut 01 Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkannya ke publik.
Strategi menggunakan propaganda Rusia juga aktif disebut-sebut oleh Tim Kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin digunakan oleh capres nomor urut 02 Prabowo Subianto. Karena tanda-tandanya yakni menggunakan kebohongan dan data tidak falid ke publik.
Kehebohan ini rupanya ditangap oleh Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia. Lewat akun Twitter-nya @RusEmbJakarta menuliskan tentang propaganda ala Rusia.
"Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami," tulis akun Twitter Kedubes Rusia untuk Indonesia, Senin (4/2).
Kedubes Rusia juga menambahkan, istilah tersebut tidak berdasarkan pada realitas yang ada. Namun strategi itu pernah dilakukan untuk kepentingan Pilpres 2016 di Amerika Serikat.
"Sebagaimana diketahui istilah 'propaganda Rusia' direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas," tulisnya.
Adapun, Jokowi mengatakan ada salah satu pasangan capres dan cawapres menggunakan konsultan asing dalam menghadapi Pemilihan Presiden 2019. [JP]