GELORA.CO - Dua bulan jelang hari pencoblosan Pilpres 2019, Capres petahana tampil tidak biasa. Dia tampak beberapa kali melancarkan ‘serangan frontal’ terhadap rivalnya, Prabowo Subianto.
Penampilan ini jelas keluar dari pakem politik yang selama ini dianut mantan Walikota Solo itu.
Terbaru, Jokowi menyebut timses paslon nomor 02, Prabowo-Sandiada Uno menggunakan 'propaganda Rusia'.
Namun, istilah 'propaganda Rusia' tersebut buru-bur ditepis oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Verobieva. Dia tak terima penggunaan istilah propaganda Rusia sebagaimana yang disebut Jokowi.
Tak ayal, serangan Jokowi yang mencatut negara Rusia itu menuai polemik di publik. Banyak juga pihak yang menilai Jokowi blunder dan fatal.
Sekjen DPP Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan mengaku heran narasi kampanye Jokowi belakangan tak menunjukkan sebagai seorang petahana. Tetapi malah berasa layaknya oposisi.
"Saya heran, narasi kampanye masih banyak yg bisa disampaikan, apalagi oleh inkumben. Saya harap goresan ini tidak berdampak jauh atas hubungan diplomatik kita bersama Rusia," kata Hinca dinukil TeropongSenayan dari akun twitter pribadinya, @hincapandjaitan, Selasa (5/2/2019) dini hari.
"Boleh menyerang, tapi jgn lupa, tugas penyerang adlh mencetak gol, bukan membuat blunder," sambung Hinca.
Sementara itu, Wakil Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief mendesak agar Wapres Jusuf Kalla (JK) menyampaikan klarifikasi terkait tudingan Jokowi.
Hal ini, menurut Andi, penting demi menjaga wibawa bangsa dan hubungan baik Indonesia dengan dunia Internasional, khususnya Rusia.
"Sebaiknya Pak JK konf pers untuk menjaga wibawa Indonesia di dunia Internasional atas tuduhan Jokowi pada Rusia yang tanpa dasar," cuit Andi melalui akun twitternya, @AndiArief_.
Diketahui, sebelumnya penggunaan istilah 'propaganda Rusia' itu telag ditepis oleh Rusia lewat kedutaan besar di Indonesia.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Verobieva menyatakan tak terima dengan penggunaan istilah yang dilontarkan calon presiden inkumben Jokowi.
Pernyataan itu disampaikan Kedubes Rusia lewat akun Twitter resmi @RusEmbJakarta pada Senin (4/1/2019). Ada 3 cuitan terkait propaganda Rusia ini.
"Berkaitan dengan beberapa publikasi di media massa tentang seakan-akan penggunaan 'propaganda Rusia' oleh kekuatan-kekuatan politik tertentu di Indonesia, kami ingin menyampaikan sebagai berikut," tulis Kedubes Rusia.
Rusia menyatakan istilah 'propaganda Rusia' di Pilpres Amerika Serikat adalah rekayasa. Rusia menegaskan tidak ikut campur di Pilpres AS hingga Indonesia.
"Sebagaimana diketahui istilah 'propaganda Rusia' direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas," tegas Kedubes Rusia.
Isu soal propaganda Rusia ini disampaikan Jokowi saat menghadiri kegiatan deklarasi Forum Alumni Jawa Timur di Tugu Pahlawan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/2/2019). Jokowi mengatakan dunia perpolitikan di Indonesia dipenuhi banyak fitnah dan kabar bohong alias hoax.
Jokowi mengatakan persoalan banyaknya hoax dan fitnah ini karena adanya upaya adu domba ala asing. Dia kemudian menyebut ada tim sukses yang menyiapkan propaganda ala Rusia. Namun Jokowi tak menyebut secara gamblang tim sukses yang dimaksud.
"Problemnya adalah ada tim sukses yang menyiapkan propaganda Rusia! Yang setiap saat mengeluarkan semburan-semburan dusta, semburan hoax, ini yang segera harus diluruskan Bapak-Ibu sebagai intelektual," katanya. [ts]