Oleh: Pirman*
Pendukung Jenderal tak terima. Lawan debat menyinggung soal pribadi Jenderal. Masalah tanah.
Para pendukung menghadap ketua KPU. Tegas tuntutannya: bapak berkemeja putih itu melangggar aturan. Suasana sempat ricuh. Heboh. Bocor ke publik. Memang, publik harus tahu. Ini era keterbukaan.
Bapak berkemeja putih itu, lantang menyinggung ratusan hektar tanah sang Jenderal. Amat sangat tidak nyambung dengan tema debat. Juga melanggar aturan. KPU meredam pendukung Sang Jenderal yang mencari keadilan: laporkan saja.
Sang Jenderal, tak terpancing. Dia teguh dengan pendiriannya. Ia juga tahu, orang panik akan meraih jerami saat akan tenggelam. Maka sang Jenderal ulurkan kayu. Selamatkan si panik yang kaget dengan mahalnya harga tiket pesawat.
Pendukung Jenderal pun melaporkan ke Bawaslu. Pasalnya, pelanggaran serius. Meski tahu akhirnya akan seperti apa, usaha harus tetap dilakukan. Itulah spirit iman: lakukan, hasil urusan Tuhan.
Setelah soalan kepemilikan tanah sang jenderal mencuat, terkuaklah fakta lain. Mencengangkan. Bahwa di kubu laki-laki berkemeja putih, ternyata lebih banyak bos tanahnya. Hampir dua kali lipat dengan tuan tanah di kubu Jenderal.
Kedua, sang Jenderal menyampaikan balasan telak, padahal santun. Klarifikasi datar, tapi tepat sasaran, langsung ke jantung lawan: itu tanah HGU, kapan pun negara mau bisa diambil. Daripada diambil asing, mending saya yang nasionalis dan patriotik yang kelola.
Aduhai… Telak, C*k! Sayangnya, dia emang sudah mati rasa dan tebal muka.
Klarifikasi Sang Jenderal kemudian menemukan pembela. Engkong asal Makassar yang dua kali menjadi orang nomor 2 di negeri ini.
Si Engkong kaya dan berkumis ini lontarkan dua hal serius. Katanya, “Saya yang kasih. Dia beli cash.”
Jenderal jelas melakukan tugas kepahlawanan. Tanah itu diselamatkan oleh Jenderal atas izin Engkong berkacamata. Sudah resmi, cash pula.
Wah, ini nyindir apa bukan sih? Kan si laki-laki berkemeja putih itu hobinya berutang? Sampai-sampai netizen lontarkan julukan dua kata: Raja Utang!
Keterangan Engkong mantan ketua Masjid ini pun viral. Menjadi perbincangan publik. Para ulama pun turut membagikan ulang pernyataan tersebut.
Secara skor, pertandingan kelar. Gagah-gagahan di awal, lalu dibalas telak. Dicukur habis. Gundul!
Kemudian semalam, dengan entengnya setelah Ahad malam (17/2/19) berapi-api, laki-laki yang berjanji menurunkan nilai tukar dollar ini berujar santai, “Emang gak masalah. Tidak apa-apa.”
Tahulah kita akhirnya, bahwa klarifikasi, ralat, merupakan strategi menutupi kepanikan dan ketakutan.
Orang itu tidak takut, kecuali ada masalah yang ditutupinya. Masalah apa? Beban masa lalu!
*) Penulis adalah Pecinta Keluarga Sejati