Oleh: Zeng Wei Jian*
KLIK globalis Barack Obama dan Hillary Clinton bersikap antagonis terhadap Rusia dan Vladimir Putin.
Berkali-kali Hillary merilis serangan verbal. Rusia dituduh mengadu domba negara-negara Eropa dan mengubah batas wilayah yang disepakati pasca World War II.
Demokrat dan Hillary tidak senang atas Putin's deeply engagement and supporting Bashar al-Assad di Suriah. Hillary berusaha keras mengeliminir penetrasi Rusia dan keinginan Rusia punya military base di Middle East.
Klik globalis Obama-Clinton protes keras di masalah Aneksasi Crimea. Ada natural gas di situ.
Tapi Zimbabwe, Venezuela, Suriah, Nikaragua, Sudan, Belarus, Armenia, Korea Utara dan Bolivia mendukung Aneksasi Russia on Crimea. N guess what, itu negara-negara satelit Tiongkok.
Di debat pertama pilpres, Hillary menyerang Rusia on cyber-attacks.
Menurut Hillary, selain independent hacking groups yang mencuri dan menjual informasi demi uang, cyber attack dilakukan oleh state-actors yaitu Rusia.
Putin dan Rusia dituduh ikut campur dan mempengaruhi opini dalam pilpres. Mereka beroperasi di belakang Donald Trump dan menyerang Hillary dengan hoax wikileaks.
Dari sini, istilah "Propaganda Rusia" dimulai. Capres Joko Widodo yang baru saja diberi gelar "Cak Jancuk" oleh pengikutnya mengutip istilah itu.
Duta Besar Lyudmila Verobieva menyatakan tak terima dengan penggunaan istilah "Propaganda Rusia".
Jubir TKN Ace Hasan Syadzily pelintir masalah dengan fitnah kubu Prabowo coba benturkan Jokowi dengan Pemerintah Rusia.
Lho..lho..lho...!!
Capres Joko Widodo yang berucap, kubu Prabowo-Sandi yang disalahkan.
Semakin aneh Pilpres kali ini, seaneh manuver jualan cucu untuk menaikan elektabilitas.
Apa pun omongan dan manuver nge-less-nya, mata dunia tidak bisa ditipu. Semakin jelas karakter kubu Ko-Ruf No. 1. Semakin banyak ngomong, mereka semakin blunder. They are digging their own graves.
*) Penulis adalah kolumnis dan aktvis Komunitas Tionghoa Anti-Korupsi (Komtak).