GELORA.CO - Peserta Malam Munajat 212 khusuk mendengarkan pesan dan seruan Imam Besar FPI, Habib Rizieq Syihab melalui video audio yang diputar di Monas, Jakarta Pusat, Kamis malam (21/2/2019).
Habib Rizieq yang saat ini masih berada di Mekah, Arab Saudi, mengkritik penegakan hukum di Indonesia yang dianggapnya suka-suka.
Tidak seperti biasa yang langsung berapi-api mengkritik pemerintah, kali ini dia justru curhat dan berkeluh kesah kepada Allah SWT.
Habib Rizieq memimpin doa dan bermunajat kepada Allah SWT. Dalam doanya, Habib Rizieq berkeluh kesah tentang ketidakadilan yang terjadi di Indonesia.
“Di negeri kami Indonesia tercinta, kezaliman dan ketidakadilan merajalela,” kata Habib Rizieq.
“Ya Allah, para pengeritik penguasa dipenjara, para penista Allah dan rasul-Nya bebas bicara. Kenapa hukum tajam ke pengeritik penguasa, tapi tumpul ke penista yang maha kuasa,” tambahnya.
“Saat ditanya kepada rezim penguasa, kenapa ini dipenajara dan itu tidak diperiksa? mereka enteng menjawab: suka-suka kita,” imbuhnya.
Habib Rizieq mengatakan, mereka angkuh berkata “suka-suka kita”. Ia pun mempertanyakan sejak kapan penegakan hukum negara atas dasar rasa selera suka-suka.
Menurutnya, jika suka-suka jadi dasarnya, maka untuk apa ada hukum, pengadilan, hakim dan pengacara? Jika suka-suka jadi dasarnya, maka tangkap saja semua orang seenaknya.
Menurut Rizieq, banyak santri muslim Indonesia, dari wong cilik rakyat jelata, sekadar mengirim pesan berisi kritik penguasa, dikejar dan ditahan serta dihina.
Seorang perwira di hadapan media, menghardik santri dengan gagah: Kau tak pantas tinggal di nusantara. Santri diadili dan divonis penjara. Tak ada belas kasih dari penguasa.
“Sementara anak cukong naga, membuat rekaman mencaci kepala negara, sebut presiden kacung dan budaknya, bahkan mengancam untuk membunuhnya, tapi dengan gagah perwira berkata: itu hanya lucu-lucuan saja. Inikah penegakan hukum suka-suka? Nastaghfirullah,” tambah Habib Rizieq.
“Aduh ya Allah, koruptor, perampok uang rakyat dan negara, cukong pembuat rakyat menderita dan sengsara bebas dari penjara sebelum waktunya dengan potongan tahanan yang luar biasa. Sedang seorang ustaz lemah, sakit, dan tua renta, korban fitnah, tuduhan dan rekayasa, walau sudah waktunya bebas, tetap tak dilepas dari penjara. Inikah penegakan hukum suka-suka? Astaghfirullah,” katanya.
Sikap politik para kepala daerah dalam Pilpres 2019 pun disinggung. Ia melihat ada perbedaan perlakuan yang diberikan penegak hukum dan penguasa.
“Duhai Allah, saat sekarang gubernur mengacung jari dua ikut sanubari mendukung pemimpin hasil Ijtimak Ulama langsung dipanggil, disidang, namun puluhan gubernur, wali kota acungkan dukung penguasa, mereka semua bungkam, kezaliman sangat kasat mata. Inikah penegakan hukum suka-suka? Nastaghfirullah,” ujarnya.
Habib Rizieq bersama massa mengatakan siap melawan kezaliman yang ada. Ia bersama massa siap menenggelamkan rezim penista agama.
“Kami bertekad melawan kezaliman, menegakkan keadilan dengan jiwa raga kami siap tenggelamkan rezim durhaka, rezim pendukung penista agama. Namun tanpa izin-Mu kami tak bisa,” kata Habib Rizieq.[psid]