GELORA.CO - Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menutup rangkaian kegiatannya di Jawa Timur, selama beberapa hari ini, dengan menghadiri undangan Haul Akbar Masyayikh dan Habaib se-Madura, di Lapangan Mbak Tutut, Lengser, Camplong, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Selasa malam, 26 Februari 2019.
Capres yang berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno tersebut, diminta memberikan sambutan. Prabowo menceritakan bahwa ia sudah lama dekat dengan para ulama, kiai, dan habib, sejak dia masih menjadi prajurit TNI.
"Saya sejak usia muda, dekat dengan kiai, karena saya dulu prajurit. Prajurit itu harus siap mati untuk negara bangsa dan rakyat. Jadi, kalau orang mau menghadapi maut, ya harus menghadap kiai minta doa. Jadi ,saya dekat sama ulama, bukan saat ini saja, tetapi memang sudah lama," kata Prabowo dalam keterangan tertulis yang dirilis Badan Pemenangan Nasional (BPN), Rabu 27 Februari 2019.
Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu menceritakan, karena kedekatannya dengan para ulama, maka dia dianggap sebagai kelompok radikal. Padahal, Islam di Indonesia sangat menghargai perbedaan dan selalu memberikan rahmat bagi semua golongan.
"Islam di Indonesia itu tidak radikal, Islam di Indonesia itu Rahmatan Lil Alamin, ustaz-ustaz saya, kiai-kiai saya, dan habaib-habaib saya mengajarkan bahwa Islam di Indonesia melindungi semua suku, semua agama, semua etnis. Kita tidak boleh mengujar kebencian," katanya.
Ia mencontohkan, bukti Islam di Indonesia itu menghargai semua golongan, terlihat dalam 17 butir yang dia tandatangani dalam perjanjian dibuat ijtima ulama kedua. Dalam 17 butir perjanjian tersebut, tidak ada yang merugikan kelompok, agama, etnis maupun ras lain yang hidup di Indonesia.
"Bahkan, tiap butir itu menghormati setiap semua agama, suku, ras, dan kelompok etnis. Pihak yang salah pun kita hormati. Kalau kita percaya pasti ada kebaikan di semua pihak, mudah-mudahan dia kembali ke jalan yang benar," ujarnya. [viva]