Oleh: KH Luthfi Bashori
Banyak ormas Non NU di Indonesia ini yang beraqidah Aswaja Asy’ariyah, amaliyah mereka sama dengan amaliyah warga NU, tapi mereka tidak bersedia dikatakan sebagai warga NU, karena telah memilih ormas lain selain NU. Jadi warga Non NU itu TIDAK BERSALAH, yang SALAH itu adalah OKNUM PBNU yang senang memecah belah warga Aswaja Asy’ariyah secara arogan.
Bahkan di antara ormas mereka ini, berdirinya jauh lebih dahulu dibanding berdirinya ormas NU.
Allah SWT berfirman:
شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحًا وَٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِۦٓ إِبْرٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓ ۖ أَنْ أَقِيمُوا۟ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا۟ فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى ٱلْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ ٱللَّـهُ يَجْتَبِىٓ إِلَيْهِ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِىٓ إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ
Artinya : “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwariskan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan ‘Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (Qs. As Syura : 13)
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّـهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّـهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّـهُ لَكُمْ ءَايٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya : “Dan berpeganglah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah dengan berjama’ah dan janganlah kamu bercerai berai.” (Qs Ali Imran : 103)
Ayat di atas menjelaskan bahwa dari sejak terutusnya Nabi Nuh alaihis salam sebagai awal Rasul, Allah telah melarang kaum beriman bercerai-berai, dengan kata lain Allah memerintahkan mereka agar berjama’ah dan bersatu.
Kemudian kepada kita umat Nabi Muhammad SAW dimana beliau adalah penutup para Nabi dan Rasul, Allah lebih menegaskan lagi perintah berjama’ah dan larangan bercerai berai. Karena itu minimal untuk ormas-ormas Islam yang satu aqidah Aswaja, hendaklah tetap menjaga persatuan dan ukhuwwah Islamiyah, bukan saling menjatuhkan.
Warga NU pasti tetap SAH shalatnya menjadi makmum ormas-ormas Aswaja Non NU. Berikut nama-nama ormas Aswaja Asy’ariyah antara lain:
NAHDLATUL ULAMA:
Jam’iyah ini bernama Nahdlatul Ulama disingkat NU, didirikan di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dgn tanggal 31 Januari 1926 M untuk waktu yang tidak terbatas. Pengurus Besar Jam’iyah Nahdlatul Ulama berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.
Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyah Diniyah Islamiah beraqidah/berasas Islam menurut paham Ahli Sunnah wal Jamaah dan menganut salah satu dari empat mazhab, Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Nahdlatul Ulama berpedoman kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
PERSATUAN TARBIYAH ISLAMIYAH
Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) adalah nama sebuah organisasi massa Islam nasional yang berbasis di Sumatera Barat. Organisasi ini didirikan pada 20 Mei 1930 di Sumatera Barat, dan berakar dari para ulama Ahlussunnah wal jamaah. Kemudian organisasi ini meluas ke daerah-daerah lain di Sumatera, dan juga mencapai Kalimantan dan Sulawesi.
Setelah kemerdekaan Perti menjadi partai politik.
Dalam Pemilihan Umum 1955 Perti mendapatkan empat kursi DPR-RI dan tujuh kursi Konstituante. Setelah Konstituante dan DPR hasil Pemilu dibubarkan oleh Presiden Soekarno, Perti mendapatkan dua kursi di DPR. Dua tokoh kunci Perti juga pernah dipercaya menjabat menteri negara pada masa pemerintahan Soekarno. Kedua ulama tersebut adalah Sirajuddin Abbas sebagai Menteri Keselamatan Negara RI dan Rusli Abdul Wahid sebagai Menteri Negara Urusan Umum dan Irian Barat. Pada masa Orde Baru Perti bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
ALKHAIRAT
Salah satu wujud cintanya pada ilmu adalah didirikannya lembaga pendidikan Islam Alkhairat, sebagai sumbangsih nyata Guru Tua, Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri kepada agama Islam. Alkhairat dirikan di Palu, Sulawesi Tengah, di kala usia Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri menginjak 41 tahun.
Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri dianggap sebagai inspirator terbentuknya sekolah di berbagai jenis dan tingkatan di Sulawesi Tengah yang dinaungi organisasi Alkhairat, dan terus berkembang di kawasan timur Indonesia. Pada tahun 2014 nama Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri juga diabadikan sebagai nama baru bandara Kota Palu dan Provinsi Sulawesi Tengah, sebelumnya bandara kebanggaan Kota Palu bernama Bandara Mutiara atas pemberian dari presiden Soekarno, saat pertama kali dioperasikan 1954 dengan nama Bandara Masovu, namun kemudian berganti nama sejak 28 Februari 2014 setelah Menteri Perhubungan Evert Ernest Mangindaan membubuhkan tandatangan di surat keputusan perubahan nama bandara Mutiara.
Perubahan nama bandara itu juga untuk menghargai jasa serta perjuangan Sayyid Idrus bin Salim Aljufri dalam menyebarkan ajaran Islam di kawasan timur Indonesia. Disaksikan Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola, dan pejabat Kementerian Perhubungan RI, para bupati/wali kota se-Sulawesi Tengah dan keluarga besar Alkhairaat meresmikan operasional serta mengukuhkan perubahan nama dari Bandara Mutiara Palu menjadi Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu.
MATHLA’UL ANWAR
Mathlaúl Anwar (MA) didirikan tanggal 9 Juli 1916 di Menes, Banten (waktu itu masih Jawa Barat). Didirikan oleh para ulama di antaranya KH. Mas Abdurrahman, KH Moh. Yasin, dll. Saat ini MA telah berkembang ke seluruh Indonesia dengan ribuan lembaga pendidikan yang dikelolanya, termasuk Universitas MA (UNMA) di Pandeglang Banten.
ALWASHLIYAH
Al Jam`iyatul Washliyah adalah salah satu organisasi Islam di Indonesia. Kata Al jam`iyatul Washliyah berasal dari Bahasa Arab yang artinya perkumpulan atau perhimpunan yang menghubungkan, baik yang menghubungkan manusia dengan Allah (hablun minAllah) dan yang menghubungkan manusia dengan manusia (hablun minannas). Al Jam`iyatul washliyah sekarang lebih di kenal dengan Al Washliyah. Al Wasliyah khusus aktif membela kemaslahatan umat Islam dan Indonesia pada umumnya.
Latar belakang didirikan Al Washliyah, seiring dengan menajamnya perpecahan di tengah-tengah ummat Islam, baik yang datang dari luar maupun dari intern ummat Islam itu sendiri, dikarenakan perbedaan mahzab atau pandangan, maka para Cendikiawan muslim mencari jalan tengah untuk mempersatukan ummat Islam.
Maka dibentuklah Al Jam,iyatul Washliyah pada tanggal 30 November 1930 atau 9 Rajab 1349 Hijriah di Maktab Islamiyah Tapanuli Selatan, Medan. Adapun Tokoh pendiri Al Alwashliyah adalah Ismail Banda, H.M. Arsyad Thalib Lubis dan H. Abdurrahman Syihab.
NAHDLATUL WATHAN
Nahdlatul Wathan disingkat NW adalah Organisasi Kemasyarakatan Islam terbesar di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Organisasi ini didirikan di Pancor, Kabupaten Lombok Timur oleh TG.KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang dijuluki Tuan Guru Pancor serta Abul Masajid wal Madaris (Bapaknya Masjid-masjid dan Madrasah-madrasah) pada tanggal 1 Maret 1953, bertepatan dengan 15 Jumadil Akhir 1372 Hijriyah. Organisasi ini mengelola sejumlah Lembaga Pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
DARUD DA’WAH WAL IRSYAD
Darud Dakwah wal Irsyad disingkat DDI, merupakan realisasi dari keputusan musyawarah Alim Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah se Sulawesi Selatan tentang perlunya dibentuk suatu organisasi, guna lebih meningkatkan fungsi dan peranan Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI), maka muncullah beberapa usul tentang nama bagi organisasi yang akan dibentuk itu.
Antara lain usul dari K.H. Muh. Abduh Pabbajah dengan nama Nashrul Haq, dari Ustadz H. Muh. Thahir Usman mengusulkan nama Al-Urwatul Wutsqa, sementara Syekh Abd. Rahman Firdaus mengusulkan nama Darud Dakwah Wal Irsyad. Setelah dimusyawarahkan, maka yang disepakati secara bulat adalah nama “Darud Da’wah Wal Irsyad”
FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
FPI adalah sebuah organisasi massa Indonesia. Mengusung pandangan Islam konservatif (mempertahankan kebaikan yang ada). FPI memiliki basis massa yang signifikan dan menjadi motor di balik beberapa aksi pergerakan Islam di Indonesia.
FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (atau 24 Rabiuts Tsani 1419 H) di halaman Pondok Pesantren Al Um, Kampung Utan, Ciputat, di Selatan Jakarta oleh sejumlah Habaib, Ulama, Mubaligh dan Aktivis Muslim dan disaksikan ratusan santri yang berasal dari daerah Jabotabek.
FPI pun berdiri dengan tujuan untuk menegakkan hukum Islam di negara sekuler.
Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama antara ulama dan umat dalam menegakkan Amar Ma`ruf dan Nahi Munkar di setiap aspek kehidupan.
Latar belakang pendirian FPI antara lain:
1. Adanya penderitaan panjang ummat Islam di Indonesia karena lemahnya kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.
2. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di seluruh sektor kehidupan.
3. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat Islam serta ummat Islam.
[sn]