GELORA.CO - Mantan Menko Maritim Rizal Ramli (RR) mengungkapkan mengapa ia direshuffle dalam kabinet Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). RR direshuffle karena banyak pihak yang tidak menginginkan kehadirannya di barisan pemerintahan Jokowi karena kekritisannya lewat aksi ‘kepret’ terhadap kebijakan yang berlawanan dengan kepentingan rakyat.
Hal ini diungkapkan tokoh perubahan ini pada tayangan video di akun Twitternya @RamliRizal, siang ini. Dalam video tersebut terlihat RR dalam sesi wawancara dengan Jaya Suprana.
Pada kesempatan itu pula Rizal menjelaskan, aksi ‘kepret’ dia lakukan hanya untuk mengingatkan agar tidak ada lagi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di dalam pemerintahan.
“Cuma ngingetin agar tidak ada KKN. Pak Jokowi pernah nanya, mengapa harus kepret, Mas.. giniloh.. kalau kita mau panen padi di desa, tikusnya banyak banget, jadi supaya hasil panen itu bisa buat rakyat kita harus kepret, tikusnya pergi dan panen buat rakyat,” ungkap Rizal.
Ia juga mencontohkan, hal yang sama dengan mengurus negara, yang menurutnya banyak tikusnya. Kita kepret tikus yang main di proyek listrik yang maksain 35 Ribu Mega Watt, kan saya kepret. Waktu itu saya dibantah-bantah, tapi sekarang apa yang saya katakan terbukti.
“Kedua, kasus pengadaan pesawat Garuda, saya kepret juga, karena hati-hati nanti Garuda rugi, dan apa? Beneran rugi bahwa tahun lalu sekitar 2016 rugi 2,4 triliun, 2017 rugi 3,2 triliun. Ini yang saya omongin 2,5 tahun lalu,” tegas Rizal.
Beri Solusi
Namun, Rizal juga memberikan solusi terhadap kondisi yang dialami oleh Garuda. “Makanya saya usulkan, Garuda hanya fokus pada domestik, sama Asia. Karena Garuda pasti bisa ngalahin Japan Airlines (JAL),” lanjutnya.
Pada tayang video itu, Jaya Suprana mempertanyakan soal kepret tersebut bahwa Rizal menghadapi pihak-pihak tertentu yang tidak dingin dikepret. “Jadi ada pihak tertentu yang tidak ingin dikepret,”? jelas Jaya… “Yess,” tegas Rizal.
Mantan anggota tim panel penasihat ekonomi PBB itu juga menjelaskan, saat ini yang terjadi adalah skema penguasa yang merangkap sebagai pengusaha (pengpeng). “Ini jelas bukan hanya politik, tapi penguasa yang merangkap sebagai pengusaha. Jadi banyak konflik kepentingan. Waktu saya ‘ngepret’ di Pelindo, orang gak ada yang percaya, tapi kan terbukti kerugian Pelindo berapa triliun disana, dan terbukti juga ada pejabat tinggi yang punya keluarga terus bisnis di Pelindo,” lanjut Rizal.
Namun, ketika banyak pihak yang tidak berpihak kepadanya, Rizal kemudian mengaku tak kehabisan akal, karena menurutnya, ada teori lain, yakni ‘Rajawali Bangkit,’. Saya gak kehabisan akal, saya pakai ‘Rajawali Bangkit’. Ini teorinya Bung Karno. Bongkar.. bangun.. bongkar.. bangun. Karena kalau kita gak bongkar tatanan lama, kultur dan kebiasaan lama, kita gak maju-maju,” tutupnya. [HT]