GELORA.CO - Kericuhan antara pendukung Joko Widodo dengan Pemuda Masjid Jagokaryan, Yogyakarta menunjukkan mereka jauh dari umat Islam. Begitu kata Jurubicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sodik Mujahid.
Dia mendesak aparat penegak hukum segera mengusut tuntas kasus tersebut. Sebab, jika dibiarkan, maka insiden penyerbuan umat Islam di Kanigoro, Kecamatan Kras, Kediri, pada 13 Januari 1965 silam bisa terulang.
Kala itu, ribuan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) menyerbu dan menangkap puluhan santri dan ulama di Kanigoro untuk diserahkan ke pihak kepolisian karena dianggap antek-antek nekolim yang anti Nasakom dan anti revolusi.
"Tindakan seperti ini, jika dibiarkan bisa mengarah seperti peristiwa yang terjadi awal tahun 1965 ketika sekelompok Pemuda Rakyat menyerang masjid dan peserta training PII (Pergerakan Islam Indonesia) yang disebut peristiwa Kanigoro,” kata politisi Gerindra itu dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/1).
Dia berharap, publik bisa menilai sesungguhnya siapa yang memusuhi Islam dan menggunakan isu-isu keagamaan dalam pilpres. Publik juga harus menilai keadilan dan komitmen aparat keamanan serta aparat penegak hukum di wilayah NKRI ini.
Sejumlah massa pendukung Jokowi membuat keributan di Masjid Jogokaryan, Yogyakarta pada Minggu (27/1).
Kericuhan dipicu saat rombongan massa yang baru saja pulang dari deklarasi mendukung capres 01 Jokowi-Maruf Amin di Stadion Mandala Krida, mencopoti spanduk yang berada di area jalan di depan Masjid.
Tak hanya itu saja, massa juga berhenti di depan masjid dan menggeber motornya.
“Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Provokasi apalagi perusakan fasilitas masjid masuk dalam kriteria menghina tempat ibadah umat,” pungkas Wakil Ketua Komisi VIII DPR tersebut. [rmol]