GELORA.CO - Hiruk pikuk jelang Pilpres dan Pileg di Kalimantan Selatan (Kalsel) sangat unik.
Petahana bisa dikatakan tidak dapat tempat di wilayah ini. Buktinya, hampir tidak ada gambar Jokowi di Kalsel.
Tahun 2014, Prabowo menang di Kalsel. Memang tidak menang mutlak. Selisih suaranya berkisar lima persen sekitar dua ribu suara. Akan tetapi harapan menang di Kalsel pada Pilpres 2019 semakin jauh mengingat kondisi politik yang lebih cenderung bertolak belakang dengan petahana.
Menurut pengamatan Indonesia Development Engineering Consultant (IDE-C) beberapa hari jelang kunjungan cawapres Maruf Amin ke Kalsel, alat peraga baliho calon anggota legislatif dari koalisi partai pengusung pasangan nomor rut 01 sama sekali tidak memasukkan tanda gambar Joko Widodo.
Bahkan sejauh pengamatan lembaga konsultan IDE-C, mayoritas kader partai Golkar, Nasdem ataupun PDIP baik di tingkat kabupaten maupun provinsi sangat minim memasang tanda gambar wajah capres dan cawapres Jokowi-Maruf.
Perbandingannya sangat jauh dengan calon legislatif dari koalisi capres-cawapres Prabowo-Sandi yang menonjolkan secara terbuka.
Mungkin dengan alasan itu, baliho-baliho yang tersebar dalam rangka penyambutan kedatangan cawapres kiai Maruf Amin ke daerah Kalsel tak mencantumkan gambar capres Jokowi.
Ada sejumlah habaib seperti Habib Qureish Baharun dicatut dalam baliho ukuran besar di sejumlah titik. Tapi kemudian tersiar kabar bahwa Habib Qureish tak bersedia datang dalam acara yang digagas KH Maruf Amin di Kalsel.
Akhirnya muncul spanduk-spanduk yang tidak mencantumkan Habib Qureish Baharun.
Sebagai gantinya, sejumlah habaib yang kurang terdengar namanya selama ini seperti Habib Anis Shahab. Kehadiran KH Maruf Amin selaku cawapres kurang mendapat sambutan dari para ulama dan kiai setempat. Bisa dikatakan Ma´ruf Amin pulang dengan tangan kosong.
Apalagi kehadirannya ke makam keramat Guru Sekumpul mengundang reaksi keras ulama dan masyarakat setempat.
Bukan masalah ziarah ke makam keramatnya yang dipersoalkan, tapi perilaku para pengawal cawapres Maruf Amin yang mendeteksi keamanan sedemikian rupa sehingga mengganggu para peziarah.
Anggota DPRD Provinsi dari Partai Amanat Nasional, Soraya juga bereaksi keras terhadap perilaku pengawal KH Ma´ruf Amin yang terkesan menghina makam keramat masyarakat Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan. Apalagi para pengawal cawapres juga menghalangi para peziarah yang sedang berziarah.
"Ini penghinaan terhadap makam keramat Guru Sekumpul yang kami sangat hormati. Respon negatif masyarakat pada umumnya menunjukkan bahwa tim cawapres Maruf Amin tak paham tradisi masyarakat Sekumpul. Masyarakat Kalsel tersinggung berat karena dikondisikan seperti teroris. Apakah tak ada cara lain," tegas Soraya di hadapan Habib Naufal Alaydrus saat berkunjung ke rumah Habib Hasyim Arsal Alhabsi, calon legislatif DPR dari PAN nomor urut 3 untuk Dapil 1 Kalsel.
Terkait hal ini, Habib Naufal Alaydrus yang juga cucu dari makam keramat Habib Luar Batang, Jakarta, menyikapi keras terhadap sikap tim cawapres KH Ma´ruf Amin yang membiarkan pengawal memeriksa makam keramat secara berlebihan di hadapan para peziarah.
Fenomena ini tentunya sangat mengganggu keyakinan masyarakat atas makam keramat Guru Sekumpul.
"Hal seperti ini tidak boleh terjadi di Makam Keramat Luar Batang, Jakarta. Saya akan menjaga makam keramat dari segala bentuk penghinaan semacam ini yang mereduksi sakralitas," kata Habib Naufal Alaydrus sambil bangkit dari tempat duduk menunjukkan sikap geram.
Sementara itu, Habib Hasyim Arsal Alhabsyi juga ikut menyesalkan peristiwa itu terjadi di makam keramat yang sangat disakralkan masyarakat setempat.
Tentu sikap pengawal cawapres di hadapan banyak masyarakat yang tengah berziarah menunjukkan bahwa tim KH Ma´ruf Amin tidak sensitif. Alih-alih menghormati makam keramat, kunjungan KH Ma´ruf Amin malah dinilai menghina makam Guru Sekumpul.
Sementara itu, pengurus Robithoh Alawiyah Kalsel di bidang kepemudaan, Habib Sagaf Alhabsyi mengecam keras sikap yang dianggap tak sopan terhadap makam keramat Guru Sekumpul. Hal ini baru terjadi pertama kali di makam keramat Guru Sekumpul. Apalagi status KH Maruf Amin baru berstatus cawapres.
"Mungkin bisa dimengerti bila M´ruf Amin sebagai wapres terpilih. Mungkin hal itu bisa dibenarkan karena prosedur yang harus dilewati untuk pemimpin negara. Tapi itu pun harus dipertimbangkan dengan kearifan lokal hingga tak mengganggu para peziarah," kata Sagaf Alhabsyi yang juga tokoh pembela kaum tertindas (mustadzafin) di Kalsel. [rmol]