GELORA.CO - Setiap Muslim sedikit banyak tentu mengetahui tentang kisah hidup dan perjuangan Nabi Muhammad shalallahu alahi wassalam. Banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi Rasulullah beserta para sahabatnya dalam mensyiarkan Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Namun, Presiden kedua RI, Soeharto dalam pidatonya saat memperingati peringatan Maulid Nabi di Istana negara pada 11 Juni 1968 mengatakan, umat Islam khususnya di Indonesia masih kurang dalam hal meneladani amal perbuatan Rasulullah untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa.
“Kita telah memahami sedalam-dalamnya siapa Nabi Muhammad, bagaimana perjuangannya dan apa hasil perjuanganya. Kekurangan kita yang terbesar adalah meneruskan perjuangan yang telah dirintis oleh Nabi besar kita itu, meneruskan perjuangan Nabi besar Muhammad berbakti mencontoh suri tauladan dan amal perbuatan yang telah dilakukannya. Baik dalam pergaulan manusia sebagai pribadi maupun dalam pergaulan masyarakat dalam arti yang luas,” kata Soeharto kala itu.
Dalam pidatonya itu, Soeharto mengajak umat Islam agar menerapkan ajaran-ajaran Islam untuk mendorong kemajuan, perkembangan masyarakat Indonesia. Memperbaiki dan memajukan masyakat menjadi tugas besar umat Islam yang masih harus dilanjutkan.
“Sejarah telah mencatat, bahwa dengan ajaran Islam itu Nabi Muhamamd telah merombak dunia, yaitu dari masyarakat jahiliyah menuju masyarakat imaniyah yang penuh keadilan,” katanya.
Soeharto berpesan kaum Muslimin harus menyadari Islam tak hanya mengatur hubungan manusia dengan penciptanya melainkan juga mengatur hubungan dengan manusia yang disebutnya sebagai hubungan kemasyarakatan.
Islam sebagai agama untuk memperbaiki dan memajukan kehidupan umat manusia baik lahir maupun batin. Sebab itu, kata Soeharto, sangat keliru untuk mempertentangkan kepentingan-kepentingan agama dan kepentingan kehidupan sebagai bangsa.
“Dalam amal perbuatan kemasyarakatan maka Islam juga mengajarkan cinta kepada Tanah Air, berbakti kepada negara dan hidup rukun dalam kesatuan bangsa. Sebagai umat beragama, kita yakin kemerdekaan bangsa dan negara ini merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa,” tuturnya.
Dalam rangka mewujudkan persatuan bangsa, Soeharto mengajak untuk menumbuhkan kehidupan beragama yang sehat. Mengamalkan ajaran-ajaran agama, memepertinggi kekuatan mental dan moral dalam hidup, dan mewujudkan semangat toleransi agama seperti yang ditunjukan Nabi Muhammad.
Toleransi yang dimaksud Soeharto yakni menghargai keyakinan agama yang dipeluk orang lain, tak mengganggu pemeluk agama lain, dan tak mencurigai pemeluk agama lain. [swr]