GELORA.CO - Ekonom senior, Rizal Ramli masih tidak yakin terhadap Laporan Penerimaan Negara yang melampaui target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018, seperti disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu lalu, di Istana Negara, Jakarta.
Bahkan, dia mengatakan jika Laporan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada.
“Kasian,, saking rindunya “berprestasi” .. Mas @Jokowi diberikan Laporan Ece-Ece (artificial), tax ratio rendah kok,” sindirnya di akun linimasa Twitternya @RamliRizal, Senin (10/12).
Kasian,, saking rindunya “berprestasi” .. Mas @jokowi diberikan laporan ece2 (artificial) ๐๐๐, tax ratio rendah kok https://t.co/9m0V1w36oX— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) 10 Desember 2018
Keraguan akan Laporan tersebut juga dipaparkan oleh pengamat ekonom sekaligus direktur dari Lingkar Survei Perjuangan (LSP), Gede Sandra. Dia menegaskan, jika Penerimaan Negara 2018 yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hanyalah kalimat tertulis yang tidak dapat dibuktikan atau hanya Semu.
"Penerimaan Negara 2018 lebihi target adalah SEMU, karena: 1)asumsi harga minyak APBN 2018 hanya 48 dolar AS per barel (sementara semester I saja rata-rata harga 66 dolar per barel) 2)laba Pertamina semester I jatuh (hanya 15,6 persen dari target) 3)tax ratio (ukuran sebenarnya penerimaan) terus turun ke 9,3 persen. ?@RamliRizal," tulisnya pada akun @gedesandra, Jumat (7/12).
Penerimaan negara 2018 lebihi target adalah SEMU, karena:1)asumsi harga minyak APBN 2018 hnya $48/bbl (sementara sem-I saja rata2 harga $66/bbl)2)laba Pertamina sem-I jatuh (hanya 15,6% target)3)tax ratio (ukuran sebenarnya penerimaan) terus turun ke 9,3%
— Gede Sandra (@gedesandra) 7 Desember 2018
Sebelumnya Kementerian Keuangan mencatat realisasi Penerimaan Negara yang tumbuh sebesar 18,2 persen, atau keseluruhannya mencapai Rp1,96 triliun. Pencapaian tersebut disumbang dari penerimaan Pajak yang tumbuhnya mencapai 15,2 persen, Bea Cukai 14,7 persen, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 28,4 persen.
Data tersebut merupakan Outlook keseluruhan hingga akhir tahun. Menkeu Sri Mulyani menjelaskan, Penerimaan Negara melebihi Target APBN pertama kalinya dicapai semasa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pada tahun ini, Penerimaan Negara telah mencapai Rp1.936 triliun itu lebih tinggi dari Target APBN sebesar Rp1.894 triliun.
Adapun belanja negara, menurut Menkeu, juga cukup bagus sampai akhir tahun akan diperkirakan mencapai Rp2.210 triliun atau tumbuh 11 persen, lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya tumbuh 6,9 persen.
Sementara, pertumbuhan belanjanya tumbuh 11 persen lebih tinggi dari tahun lalu, pendapatan negara tumbuh 18,2 persen lebih tinggi dari tahun lalu yang tumbuhnya hanya 6,5 persen.
“Total keseluruhan APBN kita di 2018 diperkirakan defisit hanya 1,86 persen, jauh lebih rendah dari prakiraan pada Undang-Undang APBN sebesar 2,19 persen,” katanya. [akr]