GELORA.CO - Sekalipun jumlahnya membludak, kunjungan wisatawan China ke Indonesia tidak perlu dibanggakan. Pasalnya, kehadiran warga Tirai Bambu tidak lantas mendatangkan Yuan ke Tanah Air.
"Hanya ampas kotoran yang kita dapat," kata pengamat publik Prof. Ronnie Higuchi Rusli dalam keterangannya, Jumat (14/12).
Sebab, semua pembiaya turis dari China dibayar dengan menggunakan uang elektronik dalam dompet digital asal China, Alipay dan WeChat.
Ongkos pesawat pulang pergi, biaya hotel, toko-toko (merchants) dan restoran ditentukan oleh mereka dengan Alipay.
Sementara dalam berkomunikasi mereka menggunakan aplikasi WeChat, layanan komunikasi pesan suara dan teks telepon seluler (ponsel) yang dikembangkan oleh perusahaan China, Tencent.
Ronnie Rusli yang juga dosen UI dan pernah menjadi penasihat Fraksi TNI/Polri dan Fraksi Partai Demokrat DPR menganggap restu transaksi pembayaran menggunakan uang elektronik dompet digital asal China bagi para turis dari negara tersebut kurang tepat. Sekalipun, restu diberikan dengan alasan demi memudahkan transaksi sebagaimana dinyatakan Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Onny Widjanarko.
"China dengan rakyat yang banyak berturis ria ke LN dipikir akan ada bermiliar-miliar Yuan masuk ke negara yang mereka kunjungi? Ternyata mereka datang gratis karena semua pengeluaran mereka pakai Alipay sampai internet dengan WeChat," demikian kata Ronnie Higuchi.[rmol]