GELORA.CO - Pemerintah melalui PT Inalum mengambil alih saham PT Freeport Indonesia sebesar 51,2 persen.
Namun, Partai Gerindra mellihat hal itu sebagai masalah baru. Sebab dana akuisisi saham Freeport berasal dari utang luar negeri.
"Orang bilang ini hebat, justru ini masalah. Kenapa, karena Freeport itu yang dibayar oleh Inalum menggunakan global bond. Artinya apa, utang dari asing," jelas Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria usai diskusi di Kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (22/12).
Menurutnya, jika pemerintah ingin benar-benar menguasai Freeport seharusnya dibayar oleh uang negara yang bersumber dari APBN dan penyertaan modal ke BUMN atau melalui domestik bond.
"Sama juga bohong itu. Itu sama juga dimiliki oleh asing, dibayar pakai dolar dan sebagainya. Sederhana saja, jadi kita ini dibodohi saja soal Freeport," ujar Riza Patria.
Inalum harus membayar USD 3,85 miliar atau Rp 55,7 triliun untuk meningkatkan sahamnya di Freeport dari 9,36 persen menjadi 51,232 persen. Dana tersebut didapat Inalum dari penerbitan surat utang global sebesar USD 4 miliar.
Riza Patria memastikan bahwa merupakan kebohongan publik jika faktanya dalam pembelian 51,2 persen saham Freeport pemerintah menggunakan dana pinjaman alias utang.
"Kalau dibeli oleh asing bukan milik Indonesia namanya, dibayar dengan global bond kan. Penyertaan modal Inalum itu menggunakan dana asing, sama saja Mc Moran (Freeport) juga nanti yang beli," tegasnya. [rmol]