GELORA.CO - Tuntutan agar Yusril Ihza Mahendra mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) disuarakan dalam forum yang digagas oleh Dewan Da'wah Islamiyah (DDI) Jatim yang diselenggarakan di Hotel Namira, Jalan Wisma Pagesangan, Surabaya, Minggu (30/12/2018).
Forum tersebut dihadiri Ormas Islam, Tokoh Masyarakat, Cendekiawan Muslim, Pegiat Dawah dan Badan Koordinasi Pondok Pesantren Indonesia (BksPPI) serta Ketua Majelis Syuro DPP PBB, MS Kaban.
"Sebagai sesama profesor saya kecewa atas sikap pak Yusril Ihza Mahendra, ketika di satu waktu pak Yusril Ihza Mahendra mengkritik keras pemerintahan pak Jokowi tapi pada akhirnya atas nama profesi justru bergabung dengan Jokowi sebagai pengacara," kata perwakilan Cendekiawan Muslim, Thohir Luth.
Menurut Thohir, sikap Yusril Ihza Mahendra yang menjual harga diri partai dan komitmennya tersebut sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang guru besar.
"Terus terang banyak di masyarakat yang bilang kenapa Yusril Ihza Mahendra berkhianat, itu harus dijawab, kalau PBB terus tidak punya komitmen bisa ditinggalkan dan kehilangan kursi," lanjutnya.
Thohir juga menyoroti perbedaan sikap antara MS Kaban yang jelas mendukung Capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandi berdasarkan Ijtima Ulama.
Sedangkan Yusril Ihza Mahendra justru menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Kalau ada tumor di kaki, ya diamputasi, jangan dibiarkan saja. Makanya sekarang tinggal Pak Kaban berani menyelenggarakan muktamar luar biasa untuk menggantikan beliau atau tidak," kata Guru Besar Ilmu Hukum Islam di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang tersebut.
Menurut Thohir, Yusril Ihza Mahendra pun harus bersikap profesional, fokus pada PBB atau menekuni dunianya sebagai pengacara.
Sedangkan Sekretaris Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim, Muhammad Yunus yang hadir dalam forum itu mengatakan seharusnya Ketua Umum PBB adalah seorang yang tidak jauh berbeda dengan Mohammad Natsir sebagai pendiri PBB dan Masyumi.
"Dari tampilan saja Pak Yusril Ihza Mahendra sudah tidak sama, tidak pakai songkok dari sisi keulamaanya tidak muncul. Dan pada tahun 2006 menikah dengan wanita Jepang yang tidak pernah pakai jilbab, seharusnya minimal dalam kehidupan berkeluarga Ketum PBB ini bisa menjadi tauladan bagi kadernya," pungkasnya. [tribun]