GELORA.CO - Menteri Pertahanan (Menhan) AS Jim Mattis mundur dari jabatannya, sehari setelah Presiden mengumumkan penarikan pasukan AS dari Suriah.
Dalam surat pengunduran dirinya, Jenderal Mattis mengatakan presiden memilih hak untuk memilih menteri pertahanan yang pandangannya selaras dengan kebijakannya.
"Dan saya yakin ini waktu yang tepat untuk mundur," tulis Jenderal Mattis dalam suratnya.
Sementara, Presiden Trump, pada Kamis (20/12) waktu setempat, mengatakan Mattis akan pensiun akhir Februari nanti "karena ada perbedaan".
Dalam cuitannya, Trump menulis bahwa Mattis merupakan sosok yang "berperan besar membantunya merangkul negara-negara sekutu AS dan negara-negara lain" terkait kerja sama militer.
Keputusan Mattis mundur dari jabatannya terjadi sehari setelah Presiden Trump mengeluarkan pengumuman kontroversial untuk menarik sekiitar 2.000 personel militer AS dari Suriah.
Menurut Trump, pasukan AS ditarik dari Suriah karena kelompok Negara Islam atau ISIS berhasil dikalahkan di wilayah tersebut.
Para politikus Amerika dan sekutu-sekutu negara itu menyatakan keprihatinan mendalam atas keputusan Trump tersebut.
Keputusan Trump itu disambut dengan kritik keras, dan sangat bertentangan dengan posisi Mattis, yang telah memperingatkan bahwa penarikan pasukan AS dari Suriah merupakan "kesalahan strategi".
Senada dengan Mattis, Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat, Bob Corker, mengatakan kepada BBC bahwa keputusan Presiden Trump tersebut merupakan kesalahan besar.
"Untuk mundur dari sana sekarang, penarikan seperti ini merupakan kesalahan besar dan menunjukkan kita tidak dapat diandalkan oleh mitra-mitra kita yang bekerja sama selama bertahun-tahun dalam perang ini," kata Bob Coker.
"Jadi kami berharap presiden menyadarinya dan membatalkan keputusannya, meskipun kita menerima email dari medan tempur di Suriah yang menggambarkan betapa besarnya dampak negatif yang sudah terjadi," jelasnya.
Sebagian kalangan khawatir penarikan pasukan AS dari Suriah akan menyerahkan pengaruh di negara itu kepada Moskow dan Teheran.
Bagaimanapun, Presiden Trump membela keputusannya untuk menarik mundur pasukan Amerika Serikat dari Suriah, tempat di mana mereka memerangi kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS.
Dikatakannya ISIS merupakan hal yang disebutnya sebagai musuh lokal Suriah, Iran dan Rusia dan negara-negara itu harus melawannya.
Ditambahkannya Amerika tidak ingin menjadi polisi Timur Tengah.[dtk]