Oleh: Asyari Usman
The Joko’s Wonderland adalah ‘fairy tales’ (kisah ajaib) yang sangat membuai semua orang. Prince Joko digambarkan sebagai sosok yang baik dan bersahaja. Belum pernah ada ‘fairy tales’ yang diangkat ke layar lebar dengan hasil yang sangat mencengangkan.
Box office di mana-mana. This is my Prince. Pangeran yang humble. Sederhana sekali. Sesuai dengan impian rakyat.
Banyak penonton yang terbelalak melihat manuver akrobatik Pangeran Joko. Bagaimana tak terperangah? Pangeran masuk gorong-gorong. Pangeran siap selfi atau wefie di mana saja dan dengan siapa saja. Tanpa protokeler. Paspamprince tidak galak. Prince Joko betul-betul menyenangkan semua orang, khususnya ibu-ibu.
Cerita ajaib Prince Joko diserialkan dalam lima bagian atau lima bab. Bab pertama menceritakan kisah yang sangat menakjubkan tentang perjalanan Prince Joko dari Solo ke Jakarta. Perjalanan yang penuh dengan adegan yang menghibur. Bab ke-2 menguraikan kecintaan warga Jakarta dan Indonesia pada umumnya kepada Pangeran.
Saking senangnya Mbak Mega dengan Prince Joko, dia nobatkan Paduka Joko sebagai ‘petugas partai’. Sayang sekali predikat ini membuat wibawa Pangeran menjadi ternoda. Tapi, Prince Joko, konon, tetap diidolakan oleh rakyat berdasarkan hasil survai Danny JA (DJA), dll.
Politisi senior, Surya Paloh, sampai tega menciptakan slogan kultus individu yang berbunuyi “Jokowi adalah Kita, Kita adalah Jokowi”. Bagian kedua ini adalah tahun kedua Jokowi di Istana. Semua berjalan mulus. Paloh mendapatkan beberapa kursi kabinet di Istana.
Bagian ketiga atau Bab ke-3 serial Pangeran Joko, atau tahun ketiga beliau di Istana, mulai menceritakan banyak masalah. Prince Joko mendapatkan perlawanan rakyat. Serentak, rakyat di segenap pelosok menyuarakan penolakan terhadap upaya Paduka untuk menjadi presiden dua periode.
Penolakan itu dilawan oleh Pangeran dengan segara kekuatan. Dia didukung oleh para ‘panglima talam’ yang siap menghibur sepanjang hari. Inilah Bab ke-4 yang mulai sangat mencemaskan. Upaya dua periode Prince Joko penuh krikil. Gerakan rakyat untuk perubahan berkembang bagai bola salju. Membesar dan semakin berbahaya.
Serial Pangeran Joko memasuki Bab ke-5. Sangat meresahkan kubu ‘pangeran ajaib’. Joko’s Wonderland kemungkinan besar akan digusur. Pendekatan Pangeran kepada rakyat, tak membuahkan hasil. Di mana-mana dia tampil, pemandangan kosong di barisan hadirin sangat ‘insulting’ (menghina).
Bab ke-5 ‘fairy tales’ ini membuat tim poles Prince Joko tak bisa tidur nyenyak. Upaya untuk membujuk publik supaya mau hadir di acara-acara kampanye Paduka, semakin mengkhawatirkan hasilnya. Masyarakat tak tertarik.
Sebaliknya, ketika kubu oposisi menggelar acara yang boleh dikatakan bermodalkan apa adanya, rakyat berbodnong-bondong datang. Tanpa ada yang mengerahkan. Tidak diatur-atur.
Satu-satunya cara untuk menenangkan Prince Joko ialah dengan memproduksi hasil survai yang berpihak pada Paduka. Denny JA sangat piawai soal ini. Dia menunjukkan grafik pesanan tentang eletabilitas Pangeran. Intinya, “Jangan takut. Kita masih unggul,” ujar DJA.
Para ‘panglima talam’ saling bertanya, apakah hasil survai DJA masih bisa dipercaya? Mereka tak punya pilihan lain. Harus percaya. Walau ‘reality show’ menunjukkan bahwa daya tarik Prince Joko telah pudar.
Apa yang salah dengan Pangeran yang ‘baik hati’ itu? Secara pribadi, tidak ada yang salah. Yang menjadi soal adalah ‘fairy tales’ tentang Prince Joko memang susah untuk dilanjutkan ke episode-episode berikutnya.
Bab ke-5 ini saja penuh dengan protes agar cerita ajaib Pangeran Joko tidak usah lagi diteruskan. Banyak yang berpendapat bahwa kisah ajaib Joko sama sekali tidak substantif. Sebagian mengatakan, Indonesia tidak memerlukan ‘fairy tales’ a-la “Joko’s Wonderland”. Karena bangsa dan negara ini sedang menghadapi ancaman serius. [swa]
Penolakan itu dilawan oleh Pangeran dengan segara kekuatan. Dia didukung oleh para ‘panglima talam’ yang siap menghibur sepanjang hari. Inilah Bab ke-4 yang mulai sangat mencemaskan. Upaya dua periode Prince Joko penuh krikil. Gerakan rakyat untuk perubahan berkembang bagai bola salju. Membesar dan semakin berbahaya.
Serial Pangeran Joko memasuki Bab ke-5. Sangat meresahkan kubu ‘pangeran ajaib’. Joko’s Wonderland kemungkinan besar akan digusur. Pendekatan Pangeran kepada rakyat, tak membuahkan hasil. Di mana-mana dia tampil, pemandangan kosong di barisan hadirin sangat ‘insulting’ (menghina).
Bab ke-5 ‘fairy tales’ ini membuat tim poles Prince Joko tak bisa tidur nyenyak. Upaya untuk membujuk publik supaya mau hadir di acara-acara kampanye Paduka, semakin mengkhawatirkan hasilnya. Masyarakat tak tertarik.
Sebaliknya, ketika kubu oposisi menggelar acara yang boleh dikatakan bermodalkan apa adanya, rakyat berbodnong-bondong datang. Tanpa ada yang mengerahkan. Tidak diatur-atur.
Satu-satunya cara untuk menenangkan Prince Joko ialah dengan memproduksi hasil survai yang berpihak pada Paduka. Denny JA sangat piawai soal ini. Dia menunjukkan grafik pesanan tentang eletabilitas Pangeran. Intinya, “Jangan takut. Kita masih unggul,” ujar DJA.
Para ‘panglima talam’ saling bertanya, apakah hasil survai DJA masih bisa dipercaya? Mereka tak punya pilihan lain. Harus percaya. Walau ‘reality show’ menunjukkan bahwa daya tarik Prince Joko telah pudar.
Apa yang salah dengan Pangeran yang ‘baik hati’ itu? Secara pribadi, tidak ada yang salah. Yang menjadi soal adalah ‘fairy tales’ tentang Prince Joko memang susah untuk dilanjutkan ke episode-episode berikutnya.
Bab ke-5 ini saja penuh dengan protes agar cerita ajaib Pangeran Joko tidak usah lagi diteruskan. Banyak yang berpendapat bahwa kisah ajaib Joko sama sekali tidak substantif. Sebagian mengatakan, Indonesia tidak memerlukan ‘fairy tales’ a-la “Joko’s Wonderland”. Karena bangsa dan negara ini sedang menghadapi ancaman serius. [swa]