GELORA.CO - SUTRADA kondang Ali Shahab wafat dalam perjalanan ke RS 128 Kramat, jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (25/12) pukul 15.15 WIB.
Puteri tunggal almarhum, Sophia Saphira menceritakan itu Selasa malam, di rumah duka, jalan Kembar V, Kwitang.
Di rumah duka, tampak beberapa kerabat dan sahabat almarhum dari komunitas film dan teater datang melayat. Antaranya produser Zairin Zain dan aktor El Manik, Septian Dwi Cahyo, untuk menyebut beberapa nama.
Menurut rencana jenazah almarhum akan dikebumikan Rabu (26/12) siang, lepas dzuhur di TPU Kemuning, Pasar Minggu.
Sesak Nafas
Menurut Sophia, sore itu Ali Shahab mendadak mendapat serangan sesak nafas. Itu terjadi sesaat setelah keluar dari kamar mandi. Biasanya, setelah mandi sore, Ali Shahab bersiap untuk salat Ashar di mesjid yang berada persis di seberang rumahnya.
"Abah masih handukan ketika mendapat serangan sesak nafas. Saya langsung dudukkan di kursi. Kemudian saya semprotkan obat sesak nafasnya. Tapi tidak mempan. Ibu kemudian menelpon ambulance untuk segera bawa Abah ke RS. Tapi, baru tiba di halaman RS, suster yang ikut ambulance bilang Abah sudah tiada,” cerita Sofie panggilan akrab Sophia, sarjana lulusan Fakultas Film dan Televisi, IKJ tersebut. Ia ikut mengantarkan ayahnya ke RS.
Ali Shahab dan isterinya, Hj Muzenah, serta Sofie memang hanya tinggal bertiga di rumah itu.
“Jadi kami masuk RS tadi itu untuk memastikan saja secara medis Abah sudah wafat,” sambungnya.
Sofie mengaku tidak punya firasat apa-apa terkait kepergian ayahnya secara mendadak. Meskipun Ali Shahab sejak lama mengidap ashma, namun penyakitnya itu bisa teratasi selama ini.
Ali Shahab, cerita Sofie, hari itu tampak sehat seperti biasanya. Seharian mereka di rumah menikmati hari libur. Makan bersama. Waktu Abahnya mandi, Sofie nonton video di ruang keluarga.
“Jadi benar-benar kejadiannya sekejap itu saja. Mohon doanya. Mohon maafkan Abah,” pinta Sofie, dan ibunya.
Ali Shahab wafat dalam usia 77 tahun (lahir di Jakarta, 22 September 1941). Meninggalkan seorang isteri dan seorang anak, serta segudang karya. Mulai dari novel, naskah teater, puluhan film dan sinetron. Karya filmnya yang paling terkenal “Beranak Dalam Kubur” dan “Bumi Makin Panas” yang keduanya dibintangi artis legendaris Suzanna. Sedangkan sinetronnya yang monumental, antaranya “Rumah Masa Depan” dan “Nyai Dasima”.
Ia mengawali karir sebagai wartawan, sastrawan, dan dramawan.
Mendirikan sanggar Teater September kemudian membangu perusahaan film/production house “September Production” yang amat produktif di tahun 89-90 an. Sebagian besar filmnya dibintangi Suzanna.
Ali Shahab sangat berjasa dalam dunia sastra, teater, film, dan sinetron. Seorang yang multi talenta. Ali termasuk pelopor teater modern, industri film, dan sinetron.
Dunia kesenian Indonesia kehilangan salah seorang puteranya yang terbaik. [rmol]