GELORA.CO - Aktivis Uighur Amerika, Aydin Anwar melaporkan secara khusus yang dapat membantah tuduhan sepihak dari pemerintah komunis China bahwa muslim Uighur adalah teroris dan separatis.
Dia memiliki bukti-bukti bahwa Pemerintah China telah melakukan praktek pembersihan/pemusnahan etnis (genosida).
Aydin memberikan testimoni tentang penyiksaan atas lebih dari 1 juta muslim Uighur yang ditahan oleh pemerintah China di kamp-kamp konsentrasi (internment camps)
Kebanyakan dari penghuni kamp mengaku tidak tahu sama sekali alasan kenapa mereka ditahan dan disiksa.
Bila muslim Uighur mencoba menjalankan ibadah puasa atau praktek agama seperti menyebut nama Tuhan maka mereka dikirim ke kamp-kamp konsentrasi.
Hingga kini penyiksaan terus berlanjut. Bentuk penyiksaan yang sering dialami mereka dijepit dan disetrum dikursi macan bahkan hingga disterilisasi (dimandulkan). Kuku-kuku dan gigi-gigi dicabut.
Dari laporan ini terungkap bahwa para penghuni kamp dipaksa untuk mencela Islam dan mengadopsi atheisme.
Mereka dipaksa untuk mengakui bahwa tidak ada yang namanya agama atau dipaksa mengucapkan terpujilah Presiden China Xi Jinping. Dan bila para tahanan menolak atau melakukan perlawanan maka dilakukan penyiksaan terhadap mereka.
Aydin mengakui keluarganya pada awal 2017 ditempatkan di kamp tersebut dan November lalu dia keluar kamp dalam keadaan tewas. Dia dijatuhi hukuman 15 tahun karena pergi ke AS menghadiri pernikahan sepupunya.
Kata Aydin, banyak keluarga saya yang kami tidak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah meninggal.
Menurut laporan Aydin setiap muslim Uighur pasti ada sekurangnya 1 anggota keluarganya yang ditahan di kamp atau dipenjara.
Kata Aydin, bagian terburuknya yaitu ketika ada yang meninggal, jasadnya tidak dikembalikan ke keluarga mereka. Tapi dikremasi (di-abu-kan).
Itu adalah cara bagi pemerintah China untuk menyembunyikan bukti atas jasad yang terus bermunculan dari kamp. Sehingga kita tidak tahu berapa banyak yang telah meninggal. Semua berlangsung secara rahasia.
Selanjutnya anak-anak para tahanan dikirim ke panti asuhan milik negara. Disana mereka diajarkan untuk membenci agama mereka sendiri dan identitas mereka. Dan dipaksa untuk berbahasa China.
Anak-anak tersebut di panti asuhan juga mengalami pelecehan dan penyiksaan. Para orang tua tidak pernah tahu dimana keberadaan anak-anaknya.
Kota-kota dan desa-desa di Turkistan Timur hampir kosong karena 70-80% penduduknya sudah meninggalkan wilayah tersebut.
“Jika anda berjalan terasa sepi dan menakutkan karena sebagian besar penduduknya berada dalam tahanan atau penjara,” kata Aydin.
Sekolah-sekolah dan pabrik-pabrik sudah dirubah menjadi kamp-kamp konsentrasi.
Sementara penduduk yang tersisa hidup seperti dalam penjara bawah tanah. Pemerintah memonitor seluruh aktivitas mereka. Petugas-petugas resmi ditempatkan dalam tiap rumah muslim Uighur. Mengamalkan seluruh ajaran Islam dilarang.
Lebih jauh Aydin mengulas bahwa Turkistan Timur merupakan wilayah sangat kaya mineral dan sumberdaya.
Sebagian besar dunia tidak tahu apa yang tengah terjadi di Turkistan Timur. [SR]
Dia memiliki bukti-bukti bahwa Pemerintah China telah melakukan praktek pembersihan/pemusnahan etnis (genosida).
Aydin memberikan testimoni tentang penyiksaan atas lebih dari 1 juta muslim Uighur yang ditahan oleh pemerintah China di kamp-kamp konsentrasi (internment camps)
Kebanyakan dari penghuni kamp mengaku tidak tahu sama sekali alasan kenapa mereka ditahan dan disiksa.
Bila muslim Uighur mencoba menjalankan ibadah puasa atau praktek agama seperti menyebut nama Tuhan maka mereka dikirim ke kamp-kamp konsentrasi.
Hingga kini penyiksaan terus berlanjut. Bentuk penyiksaan yang sering dialami mereka dijepit dan disetrum dikursi macan bahkan hingga disterilisasi (dimandulkan). Kuku-kuku dan gigi-gigi dicabut.
Dari laporan ini terungkap bahwa para penghuni kamp dipaksa untuk mencela Islam dan mengadopsi atheisme.
Mereka dipaksa untuk mengakui bahwa tidak ada yang namanya agama atau dipaksa mengucapkan terpujilah Presiden China Xi Jinping. Dan bila para tahanan menolak atau melakukan perlawanan maka dilakukan penyiksaan terhadap mereka.
Aydin mengakui keluarganya pada awal 2017 ditempatkan di kamp tersebut dan November lalu dia keluar kamp dalam keadaan tewas. Dia dijatuhi hukuman 15 tahun karena pergi ke AS menghadiri pernikahan sepupunya.
Kata Aydin, banyak keluarga saya yang kami tidak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah meninggal.
Menurut laporan Aydin setiap muslim Uighur pasti ada sekurangnya 1 anggota keluarganya yang ditahan di kamp atau dipenjara.
Kata Aydin, bagian terburuknya yaitu ketika ada yang meninggal, jasadnya tidak dikembalikan ke keluarga mereka. Tapi dikremasi (di-abu-kan).
Itu adalah cara bagi pemerintah China untuk menyembunyikan bukti atas jasad yang terus bermunculan dari kamp. Sehingga kita tidak tahu berapa banyak yang telah meninggal. Semua berlangsung secara rahasia.
Selanjutnya anak-anak para tahanan dikirim ke panti asuhan milik negara. Disana mereka diajarkan untuk membenci agama mereka sendiri dan identitas mereka. Dan dipaksa untuk berbahasa China.
Anak-anak tersebut di panti asuhan juga mengalami pelecehan dan penyiksaan. Para orang tua tidak pernah tahu dimana keberadaan anak-anaknya.
Kota-kota dan desa-desa di Turkistan Timur hampir kosong karena 70-80% penduduknya sudah meninggalkan wilayah tersebut.
“Jika anda berjalan terasa sepi dan menakutkan karena sebagian besar penduduknya berada dalam tahanan atau penjara,” kata Aydin.
Sekolah-sekolah dan pabrik-pabrik sudah dirubah menjadi kamp-kamp konsentrasi.
Sementara penduduk yang tersisa hidup seperti dalam penjara bawah tanah. Pemerintah memonitor seluruh aktivitas mereka. Petugas-petugas resmi ditempatkan dalam tiap rumah muslim Uighur. Mengamalkan seluruh ajaran Islam dilarang.
Lebih jauh Aydin mengulas bahwa Turkistan Timur merupakan wilayah sangat kaya mineral dan sumberdaya.
Sebagian besar dunia tidak tahu apa yang tengah terjadi di Turkistan Timur. [SR]