GELORA.CO - REUNI Akbar 212 berlangsung aman dan terbit di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.
Muncul beragam versi terkait jumlah peserta Reuni Akbar 212.
Ada yang mengklaim jutaan orang, tetapi ada juga yang menyebut hanya ratusan ribuan orang peserta Reuni Akbar 212.
Tetapi, fakta di lapangan menunjukkan peserta Reuni Akbar 212 memadati kawasan Monas, Jalan Budi Kemuliaan, Jalan MH Thamrin sampai Bundaran Hotel Indonesia dan Jalan Jenderal Sudirman.
Reuni Akbar 212 tak lepas dari pernyataan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat masih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada September 2016.
Saat itu, Ahok bicara, mengutip, dan menafsirkan salah satu ayat di dalam Al Quran yang kemudian oleh umat Islam dianggap sebagai bentuk penghinaan.
Ahok diadili dan dinyatakan bersalah menghina atau menistaan agama sehingga pada Mei 2017 divonis 2 tahun penjara.
Aksi damai umat Islam dalam Aksi Bela Islam –cikal bakal Reuni Akbar 212—telah terjadi berulang-ulang pada era Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Puncak Aksi Bela Islam digelar pada 2 Desember 2016 yang dihadiri jutaan orang dan ini yang kemudian melahirkan istilah Reuni Akbar 212 (2 Desember).
Tapi, aksi umat Islam pada era Gubernur Ahok pada 2 Desember 2016 sangat beda dengan aksi umat Islam pada 2 Desember 2018 atau saat Jakarta dimpimpin Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
1. Zaman Ahok dihadiri Joko Widodo, zaman Anies dihadiri Prabowo Subianto
Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla diikuti sejumlah menteri seperti Menkopolkam Wiranto menghadiri aksi Bela Islam 2 Desember 2016.
Joko Widodo alias Jokowi, Jusuf Kalla, Wiranto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan Panglima TNI duduk di panggung utama berdampingan dengan Habib Rizieq Shihab.
Rizieq Shihab adalah Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), salah satu pelopor Aksi Bela Islam 212.
Jokowi, Jusuf Kalla, dan sejumlah pejabat terkait juga ikut melaksanakan salat jumat beserta peserta aksi.
Jokowi berjalan kaki di tengah hujan saat menghadiri Aksi Bela Islam 212 tersebut.
Tetapi, para Reuni Akbar 212 yang digelar 2 Desember 2018, Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla serta Kapolri dan jajaran cabinet Jokowi tidak hadir.
Jokowi memilih bersepedaan di Bogor dan Jusuf Kalla menghadiri acara di Argentina.
Seperti diberitakan Setkab.go.id, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengawali kunjungan kerjanya di Provinsi Jawa Barat, Minggu (2/12), dengan bersepeda santai.
Kepala Negara bersepeda menuju Kelurahan Bantarjati, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, untuk meninjau program ‘BUMN Hadir Untuk Negeri: Sambung Listrik Gratis Bagi Keluarga Tidak Mampu’.
Sekira pukul 07.45 WIB, Presiden berangkat dari Istana Kepresidenan Bogor dengan mengayuh sepedanya yang berwarna kuning. Dengan berjaket hitam dan berhelm hijau, Presiden menuju Kebun Raya Bogor.
Di Kebun Raya Bogor Kepala Negara sudah ditunggu, Menteri BUMN Rini Soemarno, Direktur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmodjo, Direktur Utama BTN Maryono, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Mereka juga telah siap dengan sepeda tandemnya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden bersama-sama dengan rombongan kemudian mengayuh kembali sepedanya. Tak hanya itu, ratusan milenial BUMN kemudian ikut bergabung untuk bersepeda bersama Presiden.
Keluar dari Kebun Raya Bogor, Presiden menyusuri Jalan Raya Pajajaran Bogor. Di sepanjang perjalanan, Kepala Negara menyapa warga yang tengah berolahraga pagi dan beraktivitas di area car free day (CFD).
“Selamat pagi, selamat hari Minggu,” sapa Presiden kepada warga yang dilewatinya.
Para warga tampak antusias menyapa Presiden. Tak sedikit juga warga yang mengabadikan momen Presiden bersepeda ini dengan telepon genggamnya masing-masing.
Setelah bersepeda sejauh kurang lebih 3 kilometer, sekira pukul 08.00 WIB, Presiden pun tiba di Kelurahan Bantarjati, Kota Bogor.
Sementara itu, Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto yang pada tahun 2016 tidak hadir di aksi Bela Islam III, kemarin justru datang dan bergabung bersama umat pada Reuni Akbar 212.
Prabowo Subianto datang antara lain ditemani oleh mantan Ketua MPR Amien Rais.
Prabowo Subianto tiba di lokasi acara Reuni Akbar 212 pukul 07.35 WIB.
Kehadiran dielu-elukan oleh massa aksi. Mereka memanggil-manggil nama Prabowo sambil mencoba mendekatinya untuk berfoto. Kehadiran Prabowo dijaga ketat oleh pihak keamanan dari panitia.
Ia hadir bersama Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Sebelumnya Anies Baswedan juga sudah menghadiri acara terlebih dahulu.
Saat tiba di panggung utama, lagu kebangsaan Indonesia Raya langsung berkumandang.
Acara Reuni Akbar 212 berlangsung daei pukul 03.00 - 12.00 WIB. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh salah satunya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
2. Zaman Ahok diguyur hujan, zaman Anies terang benderang.
Pada aksi Bela Islam 2 Desember 2016 atau era Gubernur Ahok yang bertepatan dengan hari Jumat, Jakarta diguyur hujan.
Meski diguyur hujan, peserta Aksi Bela Islam tetap bertahan dan mengikuti salat Jumat dengan khatib Habib Rizieq Shihab.
Salat Jumat tidak hanya digelar di kawasan Monas, tetapi juga di sepanjang Jalan MH Thamrin dan Jenderal Sudirman, Jalan Budi Kemuliaan, dan sejumlah kawasan lain.
Hujan gerimis mengguyur wilayah Jakarta Pusat, saat jutaan muslim menunaikan ibadah salat Jumat di lapangan Monas dan sekitarnya siang tadi, Jumat (2/12/2016).
Namun tak satu pun peserta salat Jumat yang bergeser dari tempatnya untuk menghindari hujan.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang bersama Presiden Joko Widodo ikut menunaikan salat Jumat di lapangan Monas, memuji sikap dan semangat para peserta salat Jumat tetap teguh menunaikan shalatnya sampai selesai.
"Saya menghargai semangatnya. Hujan deras tidak ada yang goyang, tidak ada yang pulang, tidak ada yang lari berteduh, tidak ada. Semua tetap semangat, luar biasa semangat itu," ujar Jusuf Kalla kepada wartawan di kantor Wakil Presiden RI, Jakarta Pusat.
Ibadah salat Jumat itu dilakukan dalam rangka aksi "Bela Islam Jilid III" yang menuntut agar Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk segera ditahan terkait dugaan penistaan agama.
Aksi yang dipusatkan di lapangan Monas itu, diperkirakan diikuti jutaan orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Aksi hari ini berakhir dengan damai tanpa ada gesekan antara peserta aksi dengan petugas kemanan, seperti yang terjadi pada aksi "Bela Islam Jilid II" pada 4 November lalu.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengapresiasi hal tersebut.
"Ya buktinya tetap damai, Alhamdulillah, Insya Allah," ujarnya.
Tetapi, pada Reuni Akbar 2012 tahun 2018 kemarin atau era Gubernur Anies, Jakarta terang benderang.
Sejak pagi, matahari sudah memancarkan sinarnya menemani aksi Reuni Akbar 212.
Sementara itu, berdasarkan informasi dari BMKG, cuaca di Jabodetabek pada 2 Desember 2012 sebenarnya berpotensi turun hujan.
Tetapi, hujan pada 2/12/2018 tidak turun di sekitar kawasan Monas atau tempat-tempat peserta Reuni Akbar 212.
3. Zaman Ahok diikuti penangkapan aktivis, zaman Anies tidak ada penangkapan
Pada aksi Bela Islam 2 Desember 2016, polisi menangkap sedikitnya 8 orang aktivis.
Penangkapan dilakukan antara lain di sebuah hotel berbintang di Jalan MH Thamrin dan beberapa tempat lain.
Para aktivis pro demokrasi itu dituduh akan melakukan makar terhadap pemerintahan yang sah.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli mengatakan, pengkapan terhadap para aktivis oleh reserse Polda Metro Jaya itu adalah hasil penyelidikan beberapa hari sebelumnya.
“Jadi ini bukan proses 1-2 hari, ini proses lama, lewat penelusuran, pemantauan, monitoring oleh tim sudah dalam kurun waktu 3-4 minggu terakhir," kata Boy.
Aktivis yang ditangkap 2 Desember 2016 antara lain Sri Bintang Pamungkas, Ratna Sarumpaet, Rachmawati Soekarnoputri, dan Ahmad Dhani Prasetyo.
Tetapi, pada Reuni Akbar 212 kali ini, tidak ada atau paling tidak belum ada aktivis yang ditangkap.
Sejauh ini, polisi pun mengapresiasi Reuni Akbar 212 yang berjalan damai meski dihadiri umat dalam jumlah yang sangat banyak.
Sementara itu, Wartakotalive.com memberitakan, Rachmawati Soekarnoputri dan Ratna Sarumpaet diamankan polisi dari tempat berbeda, Jumat (2/11/2016) pagi.
Mereka bersama sejumlah tokoh lainnya dibawa ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok untuk dimintai keterangan.
Hal itu dikatakan Kordinator Advokat Cinta Tanah Air, Habiburokhman, yang mendampingi Ratna Sarumpaet melalui pesan singkat aplikasi smartphone kepada Warta Kota, Jumat (2/11/2016).
"Sekarang kami di Mako Brimob," kata Habiburokhman.
Menurutnya Ratna diamankan polisi dari Hotel Sari Pan Pacific, sekira pukul 07.00.
"Dari Hotel Sari Pan Pacific, ibu Ratna dibawa ke Mako Brimob. Saya mendampinginya," kata Habiburokhman.
Ia mengatakan dari penyidik yang menjemput, Ratna diamankan dengan tuduhan hendak melakukan makar.
"Ratna Sarumpaet ditangkap di Hotel Sari Pan Pacific dengan tuduhan makar," kata Habiburokhman.
Menurut Habiburokhman, selain Ratna ada pula Rachmawati yang ikut diamankan polisi beserta sejumlah tokoh dan aktivis lain.
"Ibu Rachma juga dibawa ke Mako Brimob ini," katanya.
4. Zaman Ahok dipimpin Habib Rizieq Shihab, zaman Anies Habib Rizieq Shihab di Arab Saudi
Pada Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 atau era Gubernur Ahok, Rizieq Shihab tampil memimpin umat.
Rizieq Shihab juga memberikan khutbah Jumat.
Bahkan setelah Aksi Bela Islam selesai di Monas, Rizieq Shihab mengendarai mobil terbuka berkeliling menemui umat hingga ke kawasan Bundaran HI.
Rizieq Shihab juga aktif membakar semangat peserta aksi untuk menuntut Gubernur Ahok yang dianggap telah menistakan agama Islam dan Al Quran.
Tetapi, pada Reuni Akbar 2012 pada 2 Desember 2018 atau era Gubernur Anies Baswedan, Rizieq Shihab tidak bisa memimpin secara langsung.
Rizieq Shihab juga tidak bisa hadir karena ‘dalam pengungsian’ di Arab Saudi.
Sejak ditetapkan sebagai tersangka sejumlah kasus, Rizieq Shihab memilih tinggal di Arab Saudi.
5. Zaman Ahok aksi umat digelar di daerah, zaman Anies digelar di Jakarta saja
Unjuk rasa atau aksi Bela Islam 212 yang mendesak penangkapan Gubernur DKI Ahok juga dilakukan di beberapa daerah di Indonesia.
Beberapa daerah seperti Aceh, Sumatera Barat, dan di sejumlah kota di Kalimantan serta Sulawesi menggelar Aksi Bela Islam 212.
Aksi Bela Islam 212 saat itu juga bercampur dengan aksi buruh.
Tetapi, pada era Gubernur Anies, Aksi Bela Islam atau Reuni Akbar 212 hanya digelar di Jakarta, tepatnya di kawasan Monas dan jalan protokol di Jakarta.
Meskipun hanya digelar di Jakarta, peserta Reuni Akbar 212 juga berdatangan dari sejumlah daerah, seperti dari Sumatera Barat, Aceh, Riau, Kepri, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sejumlah daerah lain.
6. Zaman Ahok minta adili Ahok, zaman Anies sekadar reuni.
Aksi Bela Islam pada era Ahok fokus utamanya adalah minta penangkapan adan pengadilan terhadap Gubernur Ahok.
Pernyataan Ahok yang bilang umat Islam jangan mau dibohongi dengan Surat Al Maidah ayat 51 dianggap menistakan Islam dan Al Quran.
Tetapi, pada Reuni Akbar 212 kali ini, tidak ada tuntutan utama yang disampaikan.
Umat hanya berdoa dan diiring dengan ceramah dari sejumlah pembicara serta dihadiri sejumlah tokoh politik.
Gubernur DKI Anies Baswedan pun hadir dan menyampaikan pidato, utamanya berisi sejumlah kegiatan yang telah dilakukan setelah dirinya menjadi gubernur.
Umat berunjuk rasa pada 2 Desember 2016 karena menganggap ucapan Ahok menistakan agama dan kitab suci umat Islam.
Terkait ucapan Ahok tersebut, Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta (saat itu), Sandiaga Salahuddin Uno, menyampaikan seharusnya sebagai seorang pemimpin, Ahok dapat bijaksana menyampaikan pendapat.
Perkataan Ahok yang kerap kali menyinggung sebijaknya dapat dirubah menjadi lebih baik.
Sebab, katanya banyak warga Jakarta yang tersinggung dengan pernyataannya terkait Surat Al Maidah ayat 51 yang disampaikan di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu.
Padahal seharusnya, pemimpin itu dapat menjadi panutan dan mempersatukan rakyat.
"Mayoritas masyarakat Jakarta mengatakan kekecewaan terhadap pernyataan pak Basuki, yang semestinya sebagai seorang pemimpin dia harus hati-hati dalam mengucapkan hal yang sensitif yang dapat menyinggung orang lain," ungkapnya kepada warga di Perumahan IKIP Duren Sawit, Jakarta Timur pada Kamis (1/12) seperti ditulis Wartakotalive.com.
"Seorang pemimpin itu harus bisa mempersatukan, seorang pemimpin itu harus bisa mendidik. Karena, warga Jakarta ini sebenarnya sangat kondusif, warga Jakarta ini sangat mendukung pemimpinnya, selama pemimpin itu bisa menjadi suatu panutan," ujarnya. [trb]