GELORA.CO - Meskipun ditunjuk menjadi pengacara Jokowi, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra mengaku belum menentukan sikap hendak mendukung siapa dalam Pilpres 2019. Ini karena partai yang dipimpinnya, Partai Bulan Bintang (PBB) masih terfokus pada target utama mereka, mengembalikan fraksi PBB ke parlemen.
"Jadi (sikap dukungan) PBB akan kita bahas bulan Januari. Saya akan menanyakan sikap daerah-daerah terkait dukungan pilpres mau (dukung) ke mana," kata Yusril kepada wartawan, Sabtu (24/11/2018).
Yusril kemudian menegaskan bahwa statusnya sebagai pengacara bukanlah bagian dari bentuk dukungan, tetapi lebih kepada profesionalisme yang diikat berdasarkan undang-undang advokat dan kode etik advokat.
"Saya juga jadi pengacaranya Dahlan Iskan. Saya juga pernah jadi pengacara Golkar. Pengacaranya PPP. Sekarang jadi pengacaranya OSO, menang. Pengacara Dahlan Iskan, bebas," beber pakar hukum tata negara itu.
"Saya bukan anggota timses. Saya lawyer. Dan saya menjalankan pekerjaan sebagai lawyer. Individu. Kalau sikap partai nanti dibahas," lanjutnya.
Lantas mengapa Yusril menerima pinangan untuk menjadi pengacara Jokowi? Yusril menjelaskan, seorang pengacara tidak diperbolehkan untuk menawarkan diri, namun jika ada yang datang meminta bantuan dan yang bersangkutan merasa sanggup menangani, maka ia tidak boleh menolaknya.
"Kalau Pak Jokowi datang ya saya terima. Masalahnya Pak Bowo tidak datang ke saya. Jadi mungkin beliau datang ke yang lain atau sudah merasa hebat sehingga tidak membutuhkan advokat," beber mantan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia itu.
Untuk itu, ia meminta agar semua pihak tidak gaduh dan mempermasalahkan statusnya sebagai pengacara capres nomor urut 1 tersebut.
"Kelihatannya PBB memang menjadi fokus perhatian masyarakat, tiba-tiba Pak Yusril jadi lawyernya Pak Jokowi. Waduh, ributnya sampai ke ujung dunia," tandas Yusril.
"Tapi ya tidak ada partai yang paling banyak dibicarakan orang selain PBB. Insya Allah setelah ini PBB akan muncul sebagai pemenang," pungkasnya yakin. [dtk]