GELORA.CO - Pengadilan Negeri Jakarta Selatan selaku tim eksekutor telah menyita Gedung Granadi milik Keluarga Cendana. Penyitaan gedung itu merupakan amanat dari amar putusan Mahkamah Agung atas gugatan Kejaksaan Agung terhadap Yayasan Supersemar milik Keluarga Cendana.
Sebelumnya, Yayasan Supersemar digugat oleh Kejaksaan Agung secara perdata pada 2007 atas dugaan penyelewenangandana beasiswa di berbagai tingkatan sekolah yang tidak sesuai, serta dipinjamkan kepada pihak ketiga. Di pengadilan tingkat pertama pada 27 Maret 2008, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah mengabulkan gugatan Kejaksaan Agung dan menghukum Yayasan Supersemar untuk membayar ganti rugi kepada pemerintah sebesar 105 juta dolar AS dan Rp 46 miliar. Putusan ini dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada 19 Februari 2009. Begitu pula pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada Oktober 2010. Namun ternyata terjadi salah ketik terkait jumlah ganti rugi yang harus dibayarkan oleh Yayasan Supersemar kepada pemerintah.
Lantas bagaimana tanggapan dari Keluarga Cendana? Berikut pernyataan mantan politikus Golkar yang akrab disapa Titiek Soeharto ini.
Terkait penyitaan Gedung Granadi beberapa waktu lalu bagaimana tanggapan Anda?
Granadi setiap kali saya bicara vokal ke pemerintah selalu ada yang angkat mengenai penyitaan Granadi. Padahal cerita itu sudah beberapa bulan yang lalu. Apalagi Granadi itu enggak bisa disita lantaran kesalahan Yayasan Supersemar. Padahal Yayasan Supersemar tidak ada yang salah ya. Ini kan ada perintah sehingga kejaksaan bilang Yayasan Supersemar salah dan semua aset-asetnya harus disita.
Sebenarnya siapa pemilik Granadi?
Granadi itu punya beberapa orang dan berapa institusi bukan Yayasan Supersemar saja. Kalau mau disita silakan disita saham Yayasan Supersemarnya jangan gedungnya. Sebab gedungnya itu milik beberapa orang. (Kalau disita) pemilik lainnya bisa menuntut pemerintah lho. Pasalnya ini bukan hanya punya Granadi.
Maksudnya?
Supersemar itu adalah yayasan pendidikan yang membantu putra-putri Indonesia yang cerdas tapi dari keluarga yang tidak mampu. Sampai sekarang ini sudah 2 juta lebih yang sudah mendapatkan beasiswa Supersemar. Sebagaimana diketahui, banyak sarjana-sarjana termasuk 70 persen rektor universitas negeri adalah penerima beasiswa Supersemar karena mereka orang-orang pintar. Jadi mereka dapat beasiswa Supersemar.
Setelah dibekukan bagaimana kontribusi Granadi untuk Indonesia?
Sekarang kan sudah dua tahun dibekukan. Oleh karena itu kami tidak bisa memberikan beasiswa kepada masyarakat yang memiliki buah hati yang pintar namun tidak mampu. Ini kan namanya mengambil rezeki orang yang berhak mendapatkan pendidikan. Tapi dia lakukan hanya sebab mereka tidak suka dengan Pak Harto. Ya kalau tidak suka dengan Pak Harto tidak apa-apa tapi Supersemar-nya tetap jalan dong ya.
Imbauan Anda ke pemerintah terkait hal ini apa?
Jadi tolonglah pemerintah bijaksanalah sedikit. Kalau sudah bisa memenuhi pendidikan maka semua orang bisa sekolah dengan baik. Toh masih banyak yang membutuhkan pendidikan tapi kok disetop begitu. Padahal tidak ada yang kami harapkan dari Yayasan Supersemar melainkan kami kembalikan seutuhnya ke rakyat. Pak Harto mendirikan yayasan ini dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Soal lain. Kabarnya Koalisi Indonesia Adil Makmur kekurangan dana untuk mengkampanyekan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno apa benar begitu?
Memang (dana) kami ini terbatas. Jadi kami semuanya urunan. Tidak ada konglomerat yang menyokong kami. Tidak seperti di tim sebelah. [rmol]