GELORA.CO - Temuan mesin dan serpihan pesawat Lioin Air dari dalam laut perairan Karawang, Jawa Barat, menjadi fakta bagi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengetahui kondisi pesawat saat jatuh pada Senin (29/10) lalu.
Dari banyaknya serpihan pesawat yang berhasil diangkat, KNKT mendapati pesawat Lion Air yang sedang terbang ke Pangkal Pinang itu jatuh dalam kecepatan tinggi dan pecah saat menabrak permukaan laut.
"Pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air, dan pesawat tidak pecah di udara. Pesawat menyentuh air dalam keadaan utuh," ucap Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono dalam paparan kepada keluarga korban di Hotel Ibis, Jakarta, Senin (5/10).
Petugas memeriksa serpihan kursi Lion Air JT-610 di dermaga JICT, Selasa (30/10/2018) |
Soerjanto mengatakan, fakta itu didapati dengan ditemukannya serpihan yang sangat banyak dan kecil-kecil. Serpihan itu juga menunjukkan fakta pesawat menyentuh air dengan kecepatan tinggi.
Serpihan yang sudah dalam bentuk kecil-kecil itu menandakan ketika pesawat menyentuh air dengan kecepatan cukup tinggi.- Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono.
"Serpihan sedemikian rupa kecil-kecil energi yang dilepas sangat luar biasa. Tadi dikatakan kepala Basarnas serpihan tersebar 250 meter itu menandakan titiknya di situ. Berjarak kurang lebih 1,8 kilometer dari posisi kapal," ujarnya.
Fakta itu diperkuat dengan keterangan saksi berjarak sekitar 500 meter yang melihat pesawat masuk air dan terdengat suara keras. Selain dari sepihan, kondisi mesin juga menunjukkan pesawat dalam keadaan mesin berputar kencang.
"Dari mesin ini kita ambil satu kondisi di mana mesin menyentuh air ini dalam keadaan hidup, ditandai dengan hilangnya semua turbin dan kompresor, menandakan impact ke dalam air mesin hidup dengan cukup tinggi," ucapnya.
Selain serpihan dan mesin, KNKT sedang meneliti Flight Data Recorder (FDR) bagian salah satu black box yang berisi data penerbangan saat pesawat lepas landas dari Soekarno-Hatta menuju Pangkal Pinang. [kum]