GELORA.CO - Pekerja seni Sudjiwo Tedjo menantang kubu Joko Widodo (Jokowi) untuk memaafkan pernyataan 'Tampang Boyolali' yang diucapkan Prabowo Subianto.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui acara Indonesia Lawyers Club yang tayang di tvOne, Selasa (6/11/2018).
Sudjiwo Tedjo meminta agar kubu Jokowi tidak mengungkit-ungkit persoalan lain dan memaafkan Prabowo.
"Saya tantang bisa gak kubu Jokowi memaafkan Prabowo? Tanpa mengungkit-ungkit 'Loh kalau Ahok kok nggak gitu?' Atau kalau gak bisa, nanti kubu Prabowo yang bilang gitu.
Atau kalau kubu Pak Jokowi tidak bisa memaafkan, kan kita gak tahu Gusti Allah, kalau besok pagi Pak Jokowi bikin blunder, saya berharap kubu Prabowo yang memaafkan.
Karena saya termasuk orang yang percaya bahwa surga tidak usah di 'ntar-ntar' tapi begitu kau dendam, saat ini juga kau sudah masuk neraka, rasanya panas," kata Sudjiwo Tedjo.
Sebelumnya, Sudjiwo Tedjo meminta agar kubu Jokowi dan Prabowo berlaku adil.
"Misal kalau Pak Budiman (politisi PDIP) melihat kekurang-kekurangannya Pak Prabowo, selalu kritik, mbok kalau Pak Jokowi punya kekurangan juga diungkapkan gitu loh," ujar Sudjiwo Tedjo.
Ia berharap kubu Prabowo berlaku sama, yakni mengungkapkan kekurangan Prabowo dan tidak selalu langsung up soal kesalahan Jokowi.
Lebih lanjut Sudjiwo Tedjo mengungkapkan rasa herannya tentang perubahan sensitivitas masyarakat.
"Dulu kita nggak sensitif begini, kenapa jadi sensitif, apa karena daya beli masyarakat turun? Kalau itu bisa saya bantah," ungkapnya.
Diketahui, dalam acara tersebut, sejumlah narasumber yang hadir saling serang terkait ucapan 'Tampang Boyolali' dan 'Sontoloyo yang diucapan dua calon presiden 2019.
Pidato "Sontoloyo" Jokowi
Jokowi mengaku jengkel terhadap politikus yang mengadu domba, fitnah, dan memecah belah untuk meraih kekuasaan.
Ia mengatakan, karena jengkelnya, saat acara pembagian 5.000 sertifikat lahan di Lapangan Sepakbola Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (23/10/2018), keluarlah pernyataan 'Politikus Sontoloyo'.
Istilah itu ia gunakan untuk menyebutkan politisi yang melakukan praktik seperti yang ia sebutkan.
Dikutip dari Kompas.com, alasan itu diungkap Jokowi saat menerima pimpinan gereja dan rektor/ketua perguruan tinggi Kristen seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/10/2018).
"Sebetulnya ini dimulai dari urusan politik, yang sebetulnya setiap lima tahun pasti ada. Dipakailah yang namanya cara-cara politik yang tidak beradab, yang tidak beretika, yang tidak bertata krama Indonesia."
"Cara-cara politik adu domba, cara-cara politik yang memfitnah, cara- cara politik yang memecah belah hanya untuk merebut sebuah kursi, sebuah kekuasaan, menghalalkan segala cara," ujar Jokowi.
"Makanya saya sampaikan, Politikus sontoloyo, ya itu, jengkel saya," lanjut dia.
Jokowi mengaku, selama ini ia menahan diri untuk tak mengeluarkan pernyataan seperti itu.
"Makanya saya sampaikan, Politikus sontoloyo, ya itu, jengkel saya," lanjut dia.
Jokowi mengaku, selama ini ia menahan diri untuk tak mengeluarkan pernyataan seperti itu.
Akan tetapi, menurut dia, berlangsung cara-cara politik kotor hanya demi meraih kekuasaan baik di tingkat kota, kabupaten, provinsi, bahkan perebutan kursi presiden.
"Saya itu enggak pernah pakai kata-kata seperti itu. Karena saya itu sudah jengkel, keluarlah itu (sontoloyo). Saya tuh biasanya bisa ngerem. Tapi sudah jengkel, ya gimana," lanjut Jokowi.
Pidato "Tampang Boyolali" Prabowo
Dalam pertemuan dengan tim pemenangan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (30/10/2018), Prabowo membahas tentang akses kesejahteraan yang menjadi agenda besar timnya.
Dikutip Kompas.com, adapun satu di antara topiknya membahas tentang peningkatan kapasitas produksi karena menurut data yang mereka terima, terjadi penurunan kesejahteraan di desa.
Dalam isi pidato di hadapan tim pemenangan, Prabowo menyebutkan istilah "tampang Boyolali" yang menjadi viral dan perbincangan publik.
Adapun bunyi pidatonya sebagai berikut:
"...Dan saya yakin kalian nggak pernah masuk hotel-hotel tersebut, betul? (Betul, sahut hadirin yang ada di acara tersebut). Mungkin kalian diusir, tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang kalian ya tampang orang Boyolali ini. Betul? ((Betul, sahut hadirin yang ada di acara tersebut)." [tribun]