GELORA.CO - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri beberapa waktu lalu menyampaikan keinginannya pensiun dari posisi orang nomor satu di partai.
Pernyataan yang disampaikan Mega saat membuka sekolah calon anggota legislatif tingkat DPR RI di Kantor DPP PDIP, Jakarta, 15 November 2018 lalu tersebut sontak mendapat beragam respon, baik dari sesama politisi maupun khalayak luas.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio juga memprediksi teka teki sosok yang paling tepat menggantikan Megawati memimpin PDIP.
Menurutnya, ada dua faksi atau kelompok yang punya peluang besar mengantikan Megawati. Yakni dari keturunan Proklamator Soekarno yang tak lain ayahanda Megawati atau dari pihak istana yang saat ini berkuasa.
"Dari luar trah Soekarno ada beberapa nama yang menguat, misalnya sosok Budi Gunawan atau Presiden Jokowi," kata Hendri seperti ditulis dalam akun Twitter @satriohendri, Jumat (23/11).
Joko Widodo atau Jokowi merupakan kader yang sukses diantarkan PDIP menjadi presiden RI. Setelah meniti karir politik bersama partai banteng di Kota Solo.
Sementara Budi Gunawan, yang kini kepala Badan Intelijen Negara, adalah mantan ajudan saat Megawati menjadi presiden keempat RI.
Hendri menjelaskan, dari trah Soekarno, nama yang muncul mayoritas anak-anak Megawati sendiri. Pertama adalah Rizki Pratama, anak pertama Megawati yang selama ini tidak tampil di panggung politik.
Kemudian ada Prananda Prabowo, juga anak Megawati yang sudah sering ditampilkan oleh Megawati. Bahkan pada saat Kongres PDIP di Bali.
Terakhir adalah Puan Maharani yang memang sudah berpolitik mengikuti jejak sang ibu. Puan yang kini menjabat menko pembangunan manusia dan kebudayaan itu sebelumnya aktif menjadi salah satu ketua DPP PDIP.
Sementara nama lainnya yakni Guruh Soekarnoputra, adik Megawati yang tak lain adalah anak terakhir Bung Karno serta Puti Guntur Soekarno, keponakan Megawati. Kedua sudah aktif di dunia politik Tanah Air sejak lama.
"Bila memang Bu Mega benar tidak lagi bersedia dicalonkan sebagai Ketum PDIP kelak, maka yang berpeluang menggantikan kemungkinan bisa dari Faksi Teuku Umar (Trah Soekarno, ada Tatam/ Nanan/Puan/Guruh/Puti) atau Faksi Istana (Jokowi atau BG)," jelas Hendri yang juga pendiri lembaga survei Kedaikopi. [rmol]