GELORA.CO - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berbagi cerita soal awal mula pemerintah bakal mengimpor jagung sebanyak 100 ribu ton.
Menteri Darmin sempat mempertanyakan usulan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman perihal impor jagung. Padahal, di saat yang sama, Amran berujar Indonesia mengalami surplus produksi jagung.
"Dia mengusulkan perlu impor jagung, saya juga tanya, 'katanya surplus?' Akhirnya dijawab karena harganya naik," ujar Darmin di kantornya, Rabu malam, 7 November 2018.
Padahal, berdasarkan pemahaman Darmin, naiknya harga biasanya disebabkan oleh kurangnya stok. Namun, ia berujar perihal produksi jagung dan peternakan ayam adalah kewenangan Menteri Pertanian. "Mereka yang paling tahu," kata Darmin.
Dalam perbincangannya dengan Amran itu, Darmin mengatakan koleganya itu juga telah menunjukkan beberapa dokumen, salah satunya surat dari petani. Itu akhirnya menjadi dasar Darmin sepakat dengan usul tersebut. "Saya bilang, 'oke kalau begitu'," kata dia.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik produksi jagung dalam lima tahun terakhir meningkat rata-rata 12,49 persen per tahun. Itu artinya, kata Syukur 2018 produksi jagung diperkirakan mencapai 30 juta ton pipilan kering.
Prakiraan ketersediaan produksi jagung November sebesar 1,51 juta ton, dengan luas panen 282.381 hektare, bulan Desember 1,53 juta ton, dengan luas panen 285.993 hektare.
Sementara dari sisi kebutuhan, kata Syukur berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan Kementan, kebutuhan jagung tahun ini diperkirakan sebesar 15,5 juta ton PK, terdiri dari pakan ternak sebesar 7,76 juta ton PK, peternak mandiri 2,52 juta ton PK, untuk benih 120 ribu ton PK, dan industri pangan 4,76 juta ton PK.
"Artinya Indonesia masih surplus sebesar 12,98 juta ton PK, dan bahkan Indonesia telah ekspor jagung ke Filipina dan Malaysia sebanyak 372.990 ton," kata kaya Syukur.
Adapun Amran mengatakan impor jagung hanya untuk mengontrol harga agar stabil. Sebab, di pasaran, harga jagung telah menyentuh Rp 5 ribu per kilogram dan bisa menyulitkan para peternak. Menurut dia, apabila harga jagung menurun, impor tak akan dilanjutkan.
“Ini baru rencana impor jagung 50 ribu oleh Bulog. Itu pun pemerintah yang impor bukan dilepas. Kalau mungkin harga turun, enggak mungkin dikeluarin sebagai alat kontrol aja,” kata Amran di Kementerian Pertanian, Selasa, 6 November 2018.
[tempo]