GELORA.CO - Para remaja Papua Nugini bepergian tanpa pendampingan ke wilayah Papua di Indonesia untuk belajar Islam. Tren tersebut telah menjadi perhatian Konsul Jenderal Papua Nugini di Jayapura, Geoffrey Wiri.
Geoffrey Wiri mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir telah terjadi peningkatan pada anak muda Papua Nugini yang datang. "Ada sekitar enam orang sekarang di sana, di Jayapura," kata dia dilansir Radio New Zealand, Sabtu (3/11).
Wiri mengatakan, enam remaja sebagian besar berasal dari Highlands, Papua Nugini. Mereka sedang dirawat oleh organisasi Muslim di Jayapura. Akan tetapi, ia menyatakan keprihatinan, karena para remaja memiliki paspor yang tidak ditandatangani dan diproses saat bepergian ke Indonesia.
"Saya menyuarakan keprihatinan dengan otoritas kami di Papua Nugini, bahwa lihat anak-anak ini pergi ke sana tanpa pengawasan, tanpa didampingi, dan mereka akan kemauan sendiri untuk belajar sesuatu yang mereka tidak tahu tentang apa yang mereka pelajari," tutur Wiri.
Wiri mengatakan anak-anak itu berusia 12 tahun sampai 15 tahun. Sekarang mereka berpergian dengan nama Muslim. "Kami tidak dapat melacak kembali ke keluarga mereka di rumah karena mereka menggunakan nama-nama Muslim," kata dia.
Dia mengatakan, tempat yang mereka datangi untuk belajar itu, semacam sekolah terbatas. Di mana hanya orang-orang ini pergi dan ada satu guru. "Perhatian saya adalah, apa untungnya, ketika mereka kembali (ke Papua Nugini, Red) apa hasilnya?" jelas Wiri.
Konsul Jenderal mengatakan, enam remaja bukanlah kelompok pertama yang datang ke Papua di Indonesia. Wiri menyebut, ada orang lain asal Papua Nugini yang datang ke Jayapura untuk belajar Islam. "Ada orang lain dari Papua Nugini yang datang melalui pelatihan Muslim di Jayapura," tambah Wiri.
Namun, Wiri tak yakin bahwa pihak berwenang di Papua Nugini menindaklanjuti hal tersebut. Yakni kegiatan orang-orang yang berpindah setelah mereka kembali ke Papua Nugini. [rol / emtv]