GELORA.CO - Aksi intimidasi terhadap wartawan yang dilakukan sejumlah orang yang tergabung dalam Gerakan Jaga Indonesia (GJI) dikecam oleh kalangan aktivis.
Pendemo GJI juga dikecam karena menuntut Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk membatalkan izin atas penggunaan Lapangan Monas sebagai tempat acara Reuni Akbar 212.
"Ini merupakan cara-cara premanisme yang tidak tahu aturan berdemokrasi," kata Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem), Syafti Hidayat, Jumat (30/11).
Menurutnya, aksi segelintir orang itu sangat bertolak dengan demokrasi termasuk semangat Reuni 212 yang sudah disampaikan ke publik.
Dimana kegiatan itu merupakan kegiatan partisipatif umat Islam terbesar di dunia yang justru sangat toleran terhadap keberagaman umat beragama di Indonesia.
"Makanya jangan coba-coba membuat kegaduhan. Itu situasi yang sangat tidak menguntungkan anda (GJI). Siapapun di belakang anda," ujar Syafti Hidayat.
Sejumlah wartawan diintimidasi peserta unjuk rasa Gerakan Jaga Indonesia (GJI) di halaman Balaikota DKI Jakarta, Kamis (29/11). Pendemo GJI menolak wartawan mengambil foto dan merekam aksi mereka.
"Ngapain lu ambil-ambil gambar. Inget ya, gua hafalin tampang lu. Awas lu jangan ngerekam-ngerekam," teriak seorang orator.
Demo yang juga dihadiri Koordinator Aksi GJI, Tirtayasa itu berupaya melompat pagar Balaikota untuk menemui Gubernur. Namun, upaya mereka gagal karena puluhan petugas keamanan sudah berjaga-jaga. [rmol]