GELORA.CO - Pidato calon Presiden Prabowo Subianto terkait korupsi di Indonesia saat ini sudah seperti kanker stadium empat membuat “panas” kubu lawan. Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera Nasir Djamil menilai ucapan Prabowo itu bukan untuk menyerang pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Itu tidak dimaksud untuk menuding pemerintahan yang sedang berkuasa sekarang. Tidak bermaksud menunjuk hidung penguasa sekarang," kata Nasir di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis 29 November 2018.
Menurut Nasir, Prabowo hanya melihat realita yang terjadi saat ini. Dia menilai korupsi di masa kini sudah sangat merata ke berbagai lini.
"Kenyataannya hari ini korupsi itu sudah berjemaah. Korupsi hampir di semua lini. Di sektor swasta juga terjadi korupsi yang besar-besaran," jelas Nasir.
Karena itu, Nasir menyayangkan tanggapan dari pihak PDIP yang langsung menyebut guru dari korupsi adalah mantan mertua Prabowo, Soeharto. Menurut dia, sikap PDIP dalam menanggapi kegelisahan Prabowo sangat berlebihan.
"Makanya teman-teman PDIP jangan terlalu baper ketika ada pihak yang menyuarakan situasi dan kondisi yang ada di Indonesia termasuk soal korupsi. Kalau kemudian ditanggapi seperti itu kan tidak menyelesaikan masalah," ujar anggota Komisi III DPR itu.
Sebelumnya, Wakil Sekjen PDIP sekaligus Juru Bicara Tim Joko Widodo-Ma'ruf Amin Ahmad Basarah tak terima dengan pernyataan calon Presiden Prabowo Subianto, yang menyebut Indonesia kini seperti dilanda penyakit kanker stadium empat dalam hal korupsi.
Menurut dia, budaya korupsi saat ini merupakan warisan era Orde Baru, di mana Prabowo pernah menjadi bagiannya. Lanjut Basarah, korupsi masih menjadi tantangan bersama, meski kini belum bisa terselesaikan.
"Jadi guru dari korupsi Indonesia sesuai TAP MPR Nomor 11 tahun 1998 itu mantan Presiden Soeharto dan itu adalah mantan mertuanya Pak Prabowo," ujar Basarah. [vva]