GELORA.CO - Budaya masyarakat Indonesia sejatinya adalah selalu menjaga adab dan perilaku saat mengetahui adanya kedukaan yang dialami anggota masyarakat lainnya. Meski mereka tak saling kenal, namun simpati dan empati ditunjukkan anggota masyarakat kepada mereka yang mengalami kedukaan.
Hal itu terlihat saat masyarakat Sidoarjo yang melintas di depan rumah salah satu korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610, Jannatun Shintya Dewi. Mereka yang melintas menggunakan sepeda motor diperkirakan akan berangkat bekerja, dan mereka menunjukkan empatinya dengan turun dari motor dan menuntunnya saat melintas di depan rumah almarhumah.
Hal itu dikisahkan seorang warganet melalui akun Facebooknya, Bahana Patria, Kamis (1/11).
“Kenapa semua orang menuntun sepeda motornya ya? ” tanya saya kepada teman. ” itu sebagai penghormatan sekaligus menunjukkan empati atas duka dr pemilik rumah” jawab teman saya. Sy sendiri kaget melihat kejadian tersbut. Padahal waktu itu sedang jam orang berangkat kerja.
Dan saya melihat keheningan dalam pagi yang ramai. Mereka seolah merapal doa2 yg ditujukan kepada pemilik rumah agar diberi kesabaran dalam menerima cobaan.
Di tempat itulah di Desa suruh, kecamatan Sukodono, Sidoarjo, seorang korban musibah Lion air Jannatun Shintya Dewi tinggal. Perempuan usia 24 Tahun tersebut merupakan korban pertama tg berhasil diidentifikasi untuk kemudian diserahkan ke keluarganya.
“Masih ada Indonesia rupanya” pikir saya bangga. Walau ada yg menebak indonesia akan hancur beberapa tahun mendatang.
Nilai2 luhur yg dilatarbelakangai keyakinan atas budaya menunjukkan rasa simpati dan empati memang sudah luntur di banyak tempat, malah ada juga yg terang2an beepindah kebudayaan ke bangsa lain. Namun dibeberapa daerah nilai2 itu masih kokoh terjaga. Semoga nilai, norma, yg selama ini membangun Indonesia menjadi bangsa yg bermartabat akan selalu terjaga.
Indonesia belum punah…..
[swa]