GELORA.CO - Sejumlah penyandang disabilitas yang mengatasnamakan Persatuan Aksi Sosial Tunanetra Indonesia (Pasti) melakukan unjuk rasa di depan Gedung MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (14/11).
Mereka menuntut Ketua Umum MUI yang juga cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin untuk meminta maaf atas ucapannya yang dianggap menyinggung penyandang disabilitas.
Aksi yang diikuti oleh sembilan orang tersebut dimulai sekitar pukul 11.00 WIB dan berlangsung selama 30 menit.
"Kebutaan, ketidakmendengaran adalah mutlak pemberian Allah. Bukan berarti buta politik buta pengetahuan. Melalui gerakan moral ini kami menuntut Bapak Ma'ruf Amin mengklarifikasi dan meminta maaf kepada para penyandang disabilitas," orasi Yogi, salah seorang anggota Pasti.
Ketua Umum Pasti Arif Nur Jamal mengatakan, peserta aksi yang ikut berasal dari Jabodetabek. Pasti, kata Arif, sudah terbentuk sejak tahun 2009 lalu dan memiliki anggota aktif sekitar 50 orang.
"(Terbentuk) Tahun 2009, persatuan aksi sosial tunanetra Indonesia. (Anggota) yang aktif 50-an (orang)," kata Arif di lokasi.
Lelaki berusia 46 tahun itu menuturkan, ucapan Ma'ruf Amin yang menyebut hanya orang yang tidak melihat dan mendengar yang tak melihat kinerja Jokowi sebagai presiden.
"Kutipan itulah yang membuat kami semua kaum disabilitas khususnya ya dari tunanetra dan tunarungu, tunawicara, merasa tersinggung. Merasa terusik dan merasa dihina," tutur Arif.
Arif menuturkan, ia dan para penyandang disabilitas lainnya hanya menuntut Ma'ruf untuk meminta maaf. Dirinya juga menyayangkan kalimat tersebut terucap dari Ma'ruf yang dinilainya sebagai tokoh dan panutan masyarakat.
"Supaya beliau meminta maaf, pada seluruh disabilitas baik itu yang beliau sebutkan dengan kasarnya tuna ungu budek dan dengan kasarnya tunanetra buta ya. Karena itu tidak pantas, beliau sebagai tokoh dan panutan ya," kata Arif.
Arif menjamin aksi dari Pasti bebas dari kepentingan politik. Ia mengklaim apa yang dilakukannya hanya bentuk gerakan moral.
Sebelumnya, dalam sambutannya di Rumah Aspirasi, Sabtu (10/11) lalu, Ma'ruf Amin menyebut orang yang tidak mendengar dan melihat saja yang terus mengkritik kinerja Jokowi sebagai presiden.
"Hanya yang matanya buta, hanya yang telinganya budek, yang tidak melihat dan mendengar tentang ini (kinerja Jokowi), makanya harus dibukakan matanya, harus dilubangi telinganya," ujar Ma'ruf Amin.
Mantan Rais Aam PBNU ini juga telah mengklarifikasi ucapannya tersebut. Menurutnya, maksud dari ucapan tersebut tidak berhubungan dengan kondisi fisik. "Itu kan salah paham. Yang saya maksud buta itu bukan buta mata, bukan budek telinga, tapi buta hati. Matanya enggak buta, jadi enggak ada hubungannya dengan fisik ya,” kata Ma’ruf di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta, Selasa (13/11). [kum]