GELORA.CO - Partai Gerindra menanggapi enteng pernyataan sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Hasto Krisitianto dan wakilnya Raja Juli Antoni mempersoalkan permintaan maaf Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
"Ketakwaan mereka sama Tuhan perlu kita pertanyakan. Sebab orang yang mau meminta maaf dan yang memberi maaf adalah gambaran dari orang-orang yang bertakwa," kata Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Arief Poyuono melalui pesan elektronik yang dipancarluaskannya, Kamis (15/11) malam.
Prabowo meminta maaf karena sudah percaya kebohongan Ratna Sarumpaet dan terkait ucapannya soal Boyolali. Adapun Sandiaga meminta maaf karena melangkahi makam salah satu pendiri Nadhlatul Ulama (NU), KH Bisri Syansuri.
Arief Poyuono menyatakan ucapan Hasto dan Raja Juli adalah upaya politisiasi untuk tujuan meningkatkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf yang kian hari kian nyungsep akibat kampanye yang mereka lakukan tidak laku. Hasto menyebut permintaan maaf yang disampaikan Prabowo dan Sandi sebagai bukti keduanya tidak bersikap hati-hati sebelum melakukan sesuatu dan tindakan tersebut mencerminkan keduanya bukan pemimpin.
"Karena yang ditawarkan bukanlah program. Misalnya bagaimana bisa nurunin utang negara yang makin numpuk dan kurs rupiah yang makin rontok selama Joko Widodo memimpin," jelasnya.
Sebaliknya, sikap Prabowo dan Sandiaga yang tak segan meminta maaf menunjukkan keduanya memiliki self acceptence yang sangat tinggi. Self acceptance, sebut Arief Poyuono, adalah kemampuan seseorang untuk menerima keadaan diri dan lingkungannya. Sehingga dengan itu ia mudah beradaptasi, mudah memaklumi lingkungan, dan mudah introspeksi diri.
"Beda dengan Joko Widodo yang tidak pernah mau minta maaf terhadap masyarakat Indonesia akibat ketidakmampuan melindungi TKI yang dihukum mati di Arab Saudi. Dan banyak lagi janji yang tidak ditepai. Misalnya janji tidak impor beras dan swadaya pangan, eh tahunya malah impor beras gila-gilaan," tukas Arief.[rmol]