GELORA.CO - Adanya aksi boikot paslon Prabowo-Sandi terhadap Metro TV dinilai karena adanya konglomerasi media. Kebetulan saja, pemilik media tersebut adalah Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh yang partainya berlawanan dengan mereka.
Pengamat Politik Silvanus Alvin menjelaskan, di Indonesia ada 9 raja media, salah satunya adalah Ketua Umum Nasdem Surya Paloh, yang juga bos dari Metro TV.
"Pilihan politik Surya Paloh jelas, yaitu mendukung Jokowi. Pastinya ada unsur kepentingan. Surya Paloh tidak mungkin juga membiarkan redaksi Metro TV memberikan ruang bebas dalam pencitraan bagi paslon no 2," kata Silvanus kepada Kricom di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Sementara, apa yang dilakukan timses Prabowo-Sandi juga kurang elok. Mereka seharusnya menempuh jalur resmi, dengan melapor ke dewan pers atau ke KPU dan Bawaslu, bila merasa ada praktik-praktik jurnalisme yang merugikannya.
"Aksi boikot ini seakan memberi kesan mereka tidak percaya dengan pers," sebut pengajar di Universitas Bunda Mulia ini.
"Kalau nanti ada agenda kampanye paslon no 2, kemudian ada aksi penghalangan terhadap wartawan Metro Tv, ya itu tidak elok. Wartawannya kan WNI juga," tambah Silvanus.
Ia khawatir, jika hal ini dibiarkan, nanti akan timbul perpecahan.
"Wartawannya itu hanya menjalankan perintah atasan. Saran saya, kalau tidak mau ke jalur dewan pers, ya coba silaturahmilah Prabowo ke Surya Paloh. Minta ada fairness ini news coverage," pungkasnya.[krc]