GELORA.CO - Abdurrahman Baswedan resmi ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia. Pria kelahiran Surabaya, 9 September 1908 itu saat masa perjuangan memang memberikan kontribusi yang penting bagi Indonesia.
Sejarawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta Baha'udin mengatakan, salah satu kontribusi AR (Abdurrahman) Baswedan adalah ketika bertandang ke Mesir. Tujuannya untuk mendapatkan pengakuan dari Mesir atas kemerdekaan Indonesia yang telah dicapai. "Itu yang heroik. Karena surat pengakuan itu harus disembunyikan di dalam kaos kakinya," kata Baha'udin kepada JawaPos.com, Jumat (9/11).
Baswedan sengaja melipat dan menyimpan surat pengakuan kemerdekaan dari Mesir di kaos kaki untuk menghindari pemeriksaan di Singapura. "Itu ketika pulang dari Mesir. Saat itu semua kapal yang akan ke Hindia Belanda diperiksa ketat. Karena pada waktu itu, Belanda sedang memblokade Indonesia sebagai salah satu kebijakannya," imbuhnya.
Blokade dilakukan Belanda dalam merespons kemerdekaan yang dilakukan pejuang-pejuang Indonesia. Semua kapal-kapal yang menuju ke Indonesia saat itu diperiksa dan digeledah. "Surat pengakuan dari Mesir itu sangat bersejarah," katanya.
AR Baswedan juga sangat berkontribusi di Semarang, Jawa Tengah, pada 1934. Almarhum membentuk Persatuan Arab Indonesia (PAI). "Ini semacam sumpah pemudanya keturunan Arab di Indonesia. Di forum itu, AR Baswedan menyerukan bahwa tanah air keturunan Arab jangan lagi dihubungkan dengan asal-usulnya di Hadramaut, Yaman. Melainkan Indonesia. Untuk itu, PAI mendukung gerakan yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia," tuturnya.
AR Baswedan juga menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Kemudian menjadi Menteri Penerangan setelah kemerdekaan.
Untuk diketahui, Abdurrahman Baswedan merupakan 1 dari 6 orang yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Penganugerahan gelar dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Kamis (8/11).
Sebelumnya, gelar Pahlawan Nasional diusulkan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) sejak 8 tahun silam. "(Kenapa disebut tokoh dari DIJ) Itu berhubungan dengan pengusulnya. Dalam Undang-undang, tentang gelar dan pahlawan mensyaratkan pengusulan pahlawan itu berasal dari pemda atau daerah dalam hal ini provinsi. Nah, AR Baswedan selama jadi wartawan pernah tinggal di Jogjakarta. Rumahnya di belakang Jalan Malioboro," ucapnya.
JawaPos.com sempat menelusuri keluarga almarhum AR Baswedan. Yakni dengan mengunjungi Aliyah Rasyid Baswedan yang merupakan anak AR Baswedan. Alamatnya di Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIJ. Namun kediaman ibu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu tampak sepi. [jpc]