GELORA.CO - Flight data recorder (FDR) Lion Air PK-LQP merekam adanya masalah sejak pesawat itu lepas landas hingga jatuh pada 29 Oktober 2019. Hidung pesawat berkali-kali turun secara otomatis dan pilot berusaha kembali menaikkannya.
Data itu dipaparkan dalam preliminary report Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Data ini disampaikan dalam jumpa pers di kantor KNKT, Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2018).
"Digital flight data recorder (DFDR) merekam adanya perbedaan antara AoA (Angle of Attack) kiri dan kanan sekitar 20 derajat yang terjadi terus-menerus sampai akhir rekaman," kata Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo.
"Sesaat pesawat udara sebelum lepas landas, stick shaker pada control column sebelah kiri aktif dan terjadi pada hampir seluruh penerbangan," sambungnya.
Pada saat terbang, kopilot (second in command-SIC) sempat bertanya kepada petugas pemandu lalu lintas penerbangan (ATC) untuk memastikan ketinggian dan kecepatan pesawat yang ditampilkan di layar radar petugas ATC. Kopilot juga melapor mengalami flight control problem kepada petugas ATC.
Saat terbang, pilot dan kopilot menaikkan flaps pesawat. Flaps adalah sirip sayap pesawat, permukaan berengsel di tepi belakang sayap.
Ketika flaps dinaikkan, FDR merekam hidung pesawat otomatis turun (trim aircraft air nose down-trim AND). Pilot kemudian menaikkan hidung pesawat (trim aircraft air nose up-trim ANU).
"Trim AND otomatis berhenti ketika flaps diturunkan. Ketika flaps dinaikkan kembali, trim AND otomatis dan input dari pilot untuk melakukan trim aircraft nose up (ANU) terjadi kembali dan berlanjut selama penerbangan," papar Nurcahyo.
Yang disampaikan KNKT ini merupakan laporan awal, yakni laporan yang didapatkan setelah 30 hari setelah kecelakaan. Laporan ini dinyatakan bukan merupakan kesimpulan tentang kecelakaan. [dtk]