GELORA.CO - Lucu! Pernyataan Prabowo soal rencana pemindahan Kedutaan Australia di Israel dari Tel Aviv ke Yerussalem, yang disampaikan dengan bahasa Inggris disimpulkan secara keliru oleh banyak media dan kemudian ‘digoreng’ menjadi perbincangan netizen di media sosial oleh politikus.
Bagi media, begitu sadar, langsung meralatnya. BBC misalnya, mengganti judul “Prabowo: Pemindahan kedutaan Australia ke Yerussalem bukan masalah untuk Indonesia” menjadi “Pemindahan kedutaan ke Yerusalem, Prabowo hormati kedaulatan Australia”. SMH yang semula menulis judul: “Indonesian Presidential Candidate Says Jerusalem Move No Problem” diubah menjadi “Presidential candidate says Indonesia should respect Australian sovereignty on embassy move”.
Ironisnya, politisi kita tidak berani mengakui khilaf. Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto yang menyebarkan rilis atau pernyataan pers ke media dengan judul “PDIP: Pernyataan Prabowo Setuju Pemindahan Kedubes Australia ke Yerusalem, Ahistoris”.
Hasto juga mengkritik keras Prabowo seperti ditulis tirto.id. “Pak Prabowo tidak hormati hukum internasional dan sikap kemerdekaan hak segala bangsa,” juga tidak kunjung muncul ralatnya. Belakangan malah ada demo yang menyerang Prabowo. Seperti dilakukan GP Ansor di berbagai daerah termasuk, Surabaya.
Ketua GP Ansor Kota Surabaya HM Faridz Afif, mengecam keras pernyataan Prabowo. Ia menilai Prabowo telah melukai rakyat Palestina dan umat Islam di Indonesia yang selama ini mendukung kemerdekaan bangsa Palestina.
“Pernyataan Prabowo itu seolah mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Padahal pemerintah RI tegas menolak Israel memindahkan ibukotanya dari Tel Aviv ke Yerussalem. Sebab status kota Yerusalem masih status quo,” tegas Faridz Afif saat dikonfirmasi Kamis (29/11/2018).
Lebih jauh panglima Banser Kota Surabaya ini menyatakan mendukung penuh sikap pemerintah RI yang sampai hari ini menolak pemindahan ibukota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Alasannya, selain masih berstatus quo, Yerusalem adalah kota suci bagi tiga agama yaitu Islam, Kristen dan Yahudi.
Afif menjelaskan, bagi umat Islam kota Yerusalem atau Al Quds sangat istimewa karena di sana ada Masjid Al Aqsa yang menjadi tempat Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad dan kiblat pertama umat Islam sebelum dipindahkan Rasulullah ke Ka’bah di Makkah.
“Kalau melihat sisi historis dan spiritual, Yerusalem yang di dalamnya ada masjid Al Aqsa mempunyai nilai spiritual yang tinggi bagi umat Islam sedunia. Jadi tak bisa Israel secara sepihak mengusai kota Yerusalem dan menjadikan sebagai ibukota negara,” dalih alumnus paska sarjana Unair Surabaya ini.
Ia mengaku sangat geram dan prihatin karena ada tokoh nasional yang juga calon pemimpin nasional justru mengakui klaim Israel terhadap Kota Yerusalem. “Kenyataan ini miris karena Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia yang seharusnya berdiri mendukung Palestina,” ungkap Afif.
Rakyat Sudah Cerdas
Pihaknya berharap Prabowo mencabut pernyataannya tentang Yerusalem dan meminta maaf kepada umat Islam. Tidak hanya umat Islam di Indonesia tetapi juga umat Islam dunia. Kalau dia tidak meminta maaf berarti bisa disimpulkan itu adalah sikap politik yang bersangkutan.
“Kalau memang itu sikap politik yang bersangkutan. Maka kami juga mengambil sikap untuk tidak memilih calon pemimpin nasional yang tidak membela Islam atau hanya mempolitisasi Islam,” sindir Ketua PC GP Ansor Kota Surabaya.
Pernyataan politik GP Ansor ini, ditanggapi Gus Rozaq, Sekretaris BKSN (Narisan Kiai dan Santri Nahdliyin). Menurut Gus Rozaq, akhir-akhir ini banyak manuver politik membabi buta.
“Ancaman tidak memilih dari para pendemo Pak Prabowo itu, guyonan yang tidak lucu. Umat paham, bahwa mereka yang demo itu anti Prabowo-Sandi, membawa agenda politik tertentu. Sayangnya, mereka tidak tahu, kalau umat sudah lebih cerdas duluan,” tegas Gus Rozaq kepada duta.co Jumat (30/11/2018).
Masih menurut Gus Rozaq, apa yang disampaikan Prabowo (dalam bahasa Inggris) itu disalahpahami media. Dan begitu sadar, media-media itu langsung meralatnya. Uniknya, politisi PDI-P sudah telanjur menyerang, mengecam pernyataan yang salah tafsir itu.
“Lebih lucu lagi, kita malah telat mikir. Yang lain sudah meralat kesalahannya, kita baru turun jalan, lucu kan?” tegasnya. [dtc]