GELORA.CO - Pilihan kata "tabok" yang digunakan oleh Presiden Joko Widodo mirip dengan diksi yang digunakan penguasa orde baru, Soeharto. Hal itu merupakan cikal-bakal dari rezim otoriter yang buruk bagi demokrasi.
Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM), Bin Firman Tresnadi mengatakan ungkapan Jokowi yang tak terima dengan fitnah dan hoax lantaran dituding sebagai aktivis PKI itu sangat berbahaya.
"Diksi 'tabok' mengingatkan kita pada Soeharto yang terkenal pada waktu itu, yaitu 'gebuk'. Kata seperti ini berbahaya karena keluar dari mulut presiden," katanya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (24/11).
Bahayanya, lanjut Firman, yakni kata sandi itu bisa disalahartikan oleh bawahannya. Konkretnya bukan tidak mungkin aparat keamanan akan menangkap semua pihak yang mengkritik presiden.
"Ini preseden buruk bagi demokrasi. Tak heran jika ada yang menganggap rezim Jokowi sudah menuju ke otoriter," pungkasnya. [rmol]