GELORA.CO - Alfiani Hidayatul Solikah, salah satu pramugari yang berada di pesawat Lion Air JT 61, merupakan alumni SMAN 1 Dolopo, Madiun.
Selasa (30/10) sekolah itu menggelar salat gaib untuk mendoakan keluarga dan gadis asal Desa Mojorejo, Kebonsari, itu.
Doa juga dikirimkan untuk seluruh korban pesawat yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) lalu. ‘’Semoga keluarga diberi ketabahan,’’ kata Wakil Kepala SMAN 1 Dolopo Bidang Kesiswaan Asrori.
Mulai tahun ajaran 2014/2015, Alfi – sapaan Alfiani Hidayatul Solikah - tiga tahun menimba ilmu di Smando (SMAN 1 Dolopo). Sosoknya yang aktif di kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) dan prestasi akademik yang lumayan, membuat sejumlah guru merasakan kehilangan.
Mereka kaget ketika mengetahui gadis yang baru lulus tahun lalu itu menjadi salah satu korbannya. ‘’Alfi anaknya ulet sekali,’’ ujarnya.
Asrori mengenang kala Alfi tergabung dalam ekskul rohani Islam (rohis). Dia sendiri yang membimbingnya. Anak semata wayang pasangan suami istri (pasutri) Slamet-Kartini itu juga ikut ekskul petugas pelaksana upacara (PPU).
Tidak hanya di lingkup sekolahan, Alfi juga aktif di kegiatan luar. Salah satunya dalam saka bhayangkara Polres Madiun. ‘’Beberapa bulan lalu datang ke sekolah, sosialisasi tentang pendidikan pramugari kampusnya bersama alumni seangkatan lainnya,’’ ungkapnya.
Kasyim Kustiyono, wali Alfi di kelas XII IPA 2 ikut terkejut ketika membaca nama lengkap Alfi dalam manifest penumpang Lion Air JT 610, Senin (29/10). Ejaan nama yang menjadi korban itu sama persis dengan nama siswanya yang baru lulus tahun lalu. Rasa penasarannya semakin menguat ketika status korbannya sebagai pramugari.
Kepastian bila Alfi adalah siswanya setelah ada respons Rindang Wahyu Wijayanti, wali kelas X dulu. ‘’Kami berkomunikasi di grup WhatsApp,’’ ujarnya kepada Radar Mejayan (Jawa Pos Group).
Kasyim langsung ngeh karena Alfi tergolong siswa yang menonjol dibandingkan lainnya. Cantik, rajin, pintar dan selama dua semester selalu rangking satu. Menurutnya, kepribadian gadis yang melanjutkan D-1 pramugari di Jogjakarta itu sangat kalem. Meski begitu bisa bergaul dan akrab dengan teman-temannya.
‘’Alfi termasuk siswa kesayangan. Sampai sekarang, merasa kalau dia masih bersekolah di sini,’’ urai guru bahasa Indonesia itu.
Rindang termasuk guru yang cukup terpukul. Pengajar bahasa Inggris itu sangat dekat dengan Alfi. Baik ketika masih bersekolah atau lulus. Dia salah satu pendidik yang berperan besar hingga membuat Alfi jago bahasa Inggris.
Hingga kerap ditunjuk sebagai perwakilan sekolah dalam lomba debat. Sosok Rindang juga sempat dijadikan panutan Alfi. ‘’Dulu bilangnya ke saya ingin jadi guru bahasa Inggris. Tapi ketika kelas XII akhir, berubah pikiran menjadi pramugari,’’ kenangnya.
Rindang masih sering berbincang setelah Alfi lulus lewat pesan WhatsApp. Obrolannya sekadar memberi kabar dan menceritakan ketika berada di suatu tempat yang baru. Namun, dalam beberapa hari terakhir, pesan yang dikirimkan lebih mengarah ke keluhan. Salah satunya pesan yang dikirimkan Minggu (28/10) sore.
Sehari sebelum musibah terjadi. Pesan-pesan itu bernada galau. Yakni, menyadari bekerja, menjalani hidup, hingga bahagia tidaklah mudah. ‘’Juga, terkadang di balik senyuman ada kesedihan,’’ kata Rindang membacakan pesan Alfi yang ditulis dalam bahasa Inggris.
Pesan lainnya adalah butuh kebahagiaan, ingin kebebasan, dan tidak meyukai tekanan. Rindang pun merespons dengan memberikan dukungan dan penuturan. Apa yang dipilih harus dijalani dan dinikmati. ‘’Saya sampaikan bila dua hal itu sudah dimilikinya,’’ ujarnya dengan tatapan kosong.
Rindang mengatakan setelah itu obrolan berhenti. Namun, dia masih memantau status-status yang dibuat Senin pagi pukul 02.50. Alfi memasang foto travel bag dengan keterangan “yuk berangkat”. Siangnya ketika mengajar, dia memperoleh informasi di grup guru sekolahnya bila ada alumni yang menjadi korban jatuhnya Lion Air.
Seketika dia mencoba menelepon untuk memastikan bila pramugari yang dimaksud bukan Alfi. Namun, berulang kali dihubungi, panggilan selalu dialihkan. ‘’Pesan WhatsApp hanya centang tidak berbalas,’’ ujarnya sambil menyebut sebelum akhirnya salah seorang keluarga Alfi mengabari atas musibah itu.
Rindang merasa kehilangan. Alfi sering bilang kangen dan ingin bertemu, namun sejak lulus sekolah, keinginan itu belum terwujud. ‘’Saya tidak sempat bertemu ketika dia datang ke sini untuk sosialiasi sekolah pramugari,’’ tandasnya.[jpnn]