GELORA.CO - Polemik antara Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terkait TPST Bantargebang, kian memanas. Pemkot Bekasi menuding kemitraan yang dibangun bersama Pemprov DKI terkait dana kompensasi dan hibah tahun anggaran 2018 tak berjalan baik.
Kekecewaan Pemkot lantas berujung penghentian paksa armada truk sampah DKI oleh Dishub Kota Bekasi, pada Rabu 17 Oktober 2018.
Namun, keterangan yang dilontarkan Pemkot dibantah keras oleh warga Bantargebang. Menurut warga, dana kompensasi sebesar Rp600ribu per tiga bulan atau yang dikenal dengan "uang bau", selalu dicairkan pihak Pemprov DKI.
"Sejauh ini pencairan kompensasi uang bau kepada sekitar 18.000 KK di Kecamatan Bantargebang, cukup lancar. Kewajiban Pemprov DKI Senin tahun 2018 ini juga terbayarkan," kata Karay, seorang tokoh masyarakat di Bantargebang," Minggu (21/10/2018).
Bahkan, kata dia, Pemprov DKI juga sepakat membuatkan sumur artesis bagi warga terdampak TPST, sebagai solusi pelayanan air bersih yang sulit diperoleh warga. Yang mana dalam pembuatan sumur, terpampang jelas menggunakan dana bantuan DKI.
"Ada lima titik yang dibuatkan sumur artesis, dua titik di Ciketing Udik, dua di Sumur Batu dan satu di Cikiwul. Baru mulai dibangun 21 September 2018. Biaya pembangunannya ada kok ditulis di papan proyek, sekitar Rp20 miliar," ungkapnya.
Karay sendiri tidak paham dengan maksud Pemkot Bekasi yang menuding Pemprov DKI belum menunaikan kewajiban dana kompensasi kepada warga Bantargebang. Namun, kabar yang beredar luas menyebutkan jika Pemkot Bekasi menaikkan proposal dana hibah untuk pembangunan infrastruktur, sebesar Rp2 triliun lebih.
"Kalau itu maksudnya apa, saya pun tidak tahu. Yang jelas, dana hibah itu selalu diterima warga sampai saat ini," akunya.
Sementara, Ketua Forum RW Kecamatan Bantargebang, Kiman menyampaikan, pembuatan sumur artesis awalnya merupakan usulan dari warga serta tokoh masyarakat setempat, yang kemudian disetujui oleh Pemprov DKI untuk pembuatan di lima titik.
"Warga kan ingin ketersediaan air bersih, karena itu diberikan usulan. Dan alhamdulillah direspons positif sama Pemprov dan sudah mulai dibangun di tahun 2018 ini," ujarnya.
Lanjut Kiman, kelima sumur artesis tersebut nantinya diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan air bersih kepada 20.000 warga. Meski titik-titik pembuatan sumur tak jauh dari TPST Bantargebang, namun kualitas kelayakan air tetap terjamin.
"Tentunya ini sangat bermanfaat bagi warga terdanpak, karena bisa mendapatkan air bersih secara cuma-cuma," pungkasnya.
[okz]