GELORA.CO - Wali Kota Palu, Sulawesi Tengah, Hidayat membantah adanya isu dirinya menyembah setan karena menggelar ritual Balia saat acara Festival Palu Nomoni, sehingga menyebabkan Kota Palu dilanda bencana gempa dan tsunami.
Hidayat mengatakan, isu ritual pemujaan setan tersebut sebenarnya hanyalah pertunjukan seni yang dipadu dengan kebudayaan Sulawesi. Hal tersebut, menurutnya, sering dilakukan di sejumlah wilayah di Indonesia.
“Saya kira semua daerah punya ritual-rituan kan. Sebenarnya ini bukan ritual lagi, tetapi ini pertunjukan semacam seni budaya, sebenarnya begitu,” ucap Hidayat sambil tertawa dalam jumpa pers di rumah dinas Wakil Wali Kota Palu, Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu di Palu, Sulteng, Rabu (10/10).
Hidayat kembali menegaskan, ritual Balia yang ditampilkan dalam Festival Palu Nomoni tersebut merupakan upacara adat yang dikemas dalam pertunjukan. Tak sedikitpun ada unsur pemujaan setan.
“Tidak (pemujaan setan), kalau kita mau melakukan ritual kita bikin seperti Balia (upacara adat) itu 4 hari 4 malam. Tetap kita tampilkan dalam bentuk seni pertunjukan, begitu,” tutupnya.
Coretan warga soal penyebab gempa dan tsunami melanda Palu akibat perayaan Palu Nomoni. |
Pantuan kumparan selama di Palu, terdapat sejumlah aksi vandalisme yang menyebut wali kota Palu melakukan penyembahan terhadap setan, sehingga menyebabkan bencana alam di Sulteng. Aksi vandalisme itu telihat di beberapa titik di Kota Palu.
Diketahui, ritual adat Balia merupakan sebuah ritual pengobatan yang dikenal masyarakat Suku Kaili sejak ratusan tahun yang lalu. Ritual ini dilakukan untuk meminta petunjuk dari nenek moyang untuk menghilangkan penyakit yang menyerang tubuh. [kmp]