GELORA.CO - Gempa berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang pantai utara Pulau Sulawesi pada 28 September 2018 menyebabkan kerusakan yang luar biasa.
Nyaris seluruh rumah yang berada di Palu rata dengan tanah karena terdampak serangkaian gelombang tsunami, yang juga menghancurkan garis pantai.
Aliran lumpur dan tanah menghancurkan beberapa daerah pinggiran di kota yang dihuni oleh (kurang lebih) 300.000 orang.
Ribuan nyawa melayang akibat gempa dan tsunami Palu. Relawan dari berbagai pelosok negeri turut membantu evakuasi jenazah dan bantuan lainnya.
Salah seorang relawan menulis surat terbuka untuk Presiden Jokowi. Ia mencurahkan kekecewaan terhapap Presiden atas penanganan korban yang dinilai gagal.
Berikut surat terbuka dari relawan Palu:
Kepada Yth…
Bapak H. Joko Widodo
di
Tempat
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Dengan segala hormat sebagai sesama manusia, ciptaan Allah Subhanahuwataala… Ijinkan saya memanggil nama bapak dengan sebutan “Pak Jokowi”, walau kita tidaklah “akrab”
Pak Jokowi, terima kasih telah datang di hari kedua pasca gempa untuk menghibur mereka yang menjadi korban dan menyemangati para relawan. Tapi, kami juga mohon maaf sebesar-besarnya karena saat kunjungan ke RS Undata, tidak sempat bertemu dengan bapak.
Ketimbang turut antri agar bisa bersalaman, para relawan memilih sibuk menyiapkan kamar operasi dan fasilitas RS lainnya agar bisa berfungsi sesegera mungkin untuk menolong mereka yang telah menjadi korban.
Maafkan pula sebagian dari kami karena tidak menjadi saksi pembagian bingkisan bantuan istana, karena lebih memilih mencari BBM agar bisa menyalakan genset untuk menerangi rumah sakit.
Pak Jokowi…, jujur…, kita telah gagal di Palu…
Di hari Ahad itu, mungkin Pak Jokowi telah tahu bahwa ada banyak korban yang masih terperangkap di bawah reruntuhan, mereka tetap berjuang untuk hidup, bahkan tanda-tanda kehidupan mereka masih ada hingga hari-hari berikutnya.
Dan, puluhan atau mungkin ratusan nyawa meregang di bawah reruntuhan itu tanpa kita bisa melakukan apa-apa untuk menolong mereka.
Sempat terbayang, Pak Jokowi akan melakukan apa yang telah Presiden Chili lakukan dengan tinggal mendampingi tim rescue dalam upaya penyelamatan 33 rakyatnya yang terperangkap dalam goa tambang. Pak Jokowi akan menunda sebuah pertemuan besar di Bali demi mendampingi penyelamatan korban.
Kami pun mengira-ngira anda akan melakukan apa yang dilakukan oleh pemerintah Thailand terhadap 13 orang tim sepakbola yuniornya yang terperangkap di dalam goa. Mengerahkan segala apa yang bangsa ini punya untuk mengangkat reruntuhan yang menjerat para korban.
Tapi nyatanya… kita telah gagal, Pak…
Kita, bangsa yang besar ini harus mengakui teknologi dan teknik penyelamatan kita masih tertinggal dari negara lain. Sayangnya, kita juga terlalu enggan (mudah-mudahan bukan karena sombong) untuk meminta tolong ke bangsa lain, demi menyelamatkan orang-orang yang menjadi korban, rakyat.
Mungkin tidak ada yang memberi tahu ke Pak Jokowi, jika di hari ke-3 pasca bencana telah ada tim asing yang masuk ke Palu dengan keahlian penyelamatan korban yang terperangkap gedung runtuh, namun mereka tak bisa bekerja karena terhambat birokrasi. Aneh juga jika mereka dianggap tanpa ijin atau masuk illegal, padahal untuk sampai ke Palu, mereka dengan pakaian rescue-nya menumpang fasilitas militer RI. Pun juga, beberapa negara telah mengulurkan tangan untuk membantu, namun tak bersambut.
Pak Jokowi.. kita telah gagal di Palu…
Rumah Sakit yang telah di siapkan, walau seadanya, tidaklah banyak berfungsi karena ternyata yang tersisa hanyalah jasad saat reruntuhan dibongkar dengan alat berat. Para pejuang hidup itu telah terkalahkan oleh waktu saat tim SAR menemukan mereka.
Pak Jokowi.. kita telah gagal di Palu…
Memang umur dan ajal telah ditentukan dan tercatat dengan baik oleh Yang Maha Pemberi Hidup, namun kewajiban kita sebagai manusia beriman adalah berusaha, berikhtiar untuk tetap hidup dan menjaga kehidupan.
Pak Jokowi, sekali lagi terima kasih atas kunjungan-kunjungan bapak sebagai bentuk perhatian terhadap para korban dan relawan.
Semoga segala yang terjadi di Palu menjadi pelajaran berharga bagi kita sebagai bangsa. Pelajaran bahwa prioritas dan semangat haruslah bersinergi, bahwa harga diri bangsa adalah penting namun juga tak kalah utamanya keselamatan warga negara itu sendiri. Keberhasilan adalah sebanyak-banyaknya korban yang tertolong…
•••
Duka cita mendalam untuk para korban dan teriring doa semoga mereka yang wafat mendapat kemuliaan di sisi-Nya…
Rasa hormat dan penghargaan setinggi-tingginya untuk semua Aparat, Relawan dan Donatur yang telah berperan dalam penanggulangan Bencana di Palu, Donggala dan Sigi…
•••
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…
Salam hormat..
Muhammad Ihsan Kitta
(hanya seorang relawan) [swa]