GELORA.CO - Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) Arrmanatha Nasir, mengklarifikasi berita yang beredar mengenai percakapan via aplikasi pesan antara Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi dengan Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne mengenai pertimbangan Australia untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem.
Pada Rabu, 17 Oktober, media Australia, 7 News Sydney merilis sebuah percakapan WhatsApp yang diduga terjadi antara Menlu Retno dengan Menlu Payne. Percakapan yang dirilis oleh 7 News Sydney itu menunjukkan reaksi keras Menlu Retno yang menyebut pernyataan Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison mengenai pemindahan kedutaan Australia ke Yerusalem sebagai “tamparan terhadap Indonesia mengenai isu Palestina” dan mengatakan langkah tersebut “akan berdampak pada hubungan bilateral Indonesia-Australia”.
Terkait laporan dari media Australia itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir membenarkan bahwa Menlu Retno memang sering melakukan komunikasi dengan menteri luar negeri negara lain melalui aplikasi berkirim pesan seperti WhatsApp, terutama jika menyangkut masalah yang penting. Namun, Tata, sapaan akrab Arrmanatha mengatakan bahwa dia tidak bisa mengonfirmasi kebenaran isi pesan diduga antara Menlu Retno dengan Menlu Australia yang dirilis oleh 7 News Sydney.
“Saya menekankan bahwa komunikasi antara kedua menteri adalah rahasia. Apa yang mereka katakan, apa yang tidak mereka katakan. Apa yang disampaikan oleh media channel 7 mengenai pesan teks itu, saya dapat mengonfirmasi bahwa itu bukanlah yang persis seperti yang dikatakan, karena apa yang dicetak di sana bukanlah teks pesan yang sebenarnya dari komunkasi kedua menteri,” jelas Arrmanatha menjawab pertanyaan media dalam press briefing rutin di kementerian luar negeri di Jakarta, Kamis (18/10/2018).
Baca Juga: Pengakuan Nusron Wahid Soal Kyai Sidogiri Dukung Jokowi, Ternyata Bohong?
Arrmantaha mengatakan, Indonesia telah secara tegas menyampaikan posisinya mengenai masalah Palestina kepada Australia. Menlu Retno telah memanggil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan pada 16 Oktober untuk menyampaikan posisi Indonesia tersebut.
Dubes Quinlan kembali dipanggil pada 17 Oktober untuk memberi penjelasan terkait berita pesan teks antara Menlu Retno dan Menlu Payne di media Australia.
“Indonesia menyampaikan keprihatinan atas pernyataan PM Australia dan mempertanyakan manfaat dari pernyataan tersebut,” kata Arrmanatha.
“Menlu luar negeri menegaskan kembali komitmen Indonesia pada solusi dua negara dan proses perdamaian antara Palestina dan Israel dan secara spesifik menlu mengatakan bahwa isu Yerusalem adalah salah satu dari enam isu yang harus menjadi bagian perundingan akhir pembicaraan damai.”
“Australia diharap tidak mengambil langkah-langkah yang dapat mengancam proses perdamaian itu mau pun stabilitas keamanan global.”
Arrmanatha mengatakan bahwa insiden pesan teks ini tidak mengganggu perjanjian perdagangan komprehensif antara Indonesia dan Australia (IACEPA) yang telah disepakati pada kunjungan PM Australia ke Indonesia Agustus lalu. Dia juga menegaskan bahwa isu Palestina sangat penting dan Indonesia dapat menyesuaikan kebijakannya bergantung dengan situasi yang berkembang antara Indonesia dan Australia mengenai masalah ini. [okz]