GELORA.CO - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuding media-media AS memanfaatkan kasus teror ancaman bom untuk menyerang dirinya secara politik. Hal ini dilontarkan Trump setelah terungkap pelaku di balik teror ancaman bom itu merupakan pendukung dirinya.
Seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (27/10/2018), beberapa jam usai pelaku yang diidentifikasi bernama Cesar Sayoc (56) ditangkap di Florida pada Jumat (26/10) waktu setempat, Trump memberikan selamat kepada aparat penegak hukum AS atas hal yang disebutnya 'pekerjaan fantastik'.
Trump kemudian menyatakan upaya serangan 'aksi teroris' semacam itu harus dihukum 'semaksimal mungkin sesuai hukum'. Trump juga menegaskan bahwa kekerasan politik tidak akan pernah ditoleransi.
"Kekerasan politik tidak seharusnya dibiarkan di Amerika dan saya akan melakukan semuanya yang saya mampu untuk menghentikannya," tegas Trump di hadapan para pendukungnya dalam kampanye di Charlotte, North Carolina.
"Kita telah melihat upaya media dalam beberapa jam terakhir untuk memanfaatkan aksi-aksi jahat dari satu individu, untuk merugikan saya secara politik dan Partai Republik," imbuhnya.
Sayoc yang terdaftar sebagai pemilih Partai Republik ini, tinggal di sebuah van yang ditempeli banyak stiker pro-Trump dan anti-Demokrat. Pandangan politiknya juga terpampang jelas pada akun Facebook dan Twitter miliknya. Salah satu fotonya di Facebook menunjukkan Sayoc memakai topi merah khas Trump bertuliskan 'Make America Great Again'. Sejumlah foto menunjukkan Sayoc menghadiri kampanye Trump di Florida.
Salah satu kaca van milik Sayoc, yang kini disita FBI itu, ditempeli foto mantan Presiden AS Barack Obama dan mantan calon presiden Partai Demokrat dalam pilpres 2016, Hillary Clinton. Terdapat gambar sasaran tembak di wajah keduanya.
Dalam komentarnya, Trump mengakui pilihan politik Sayoc. Namun dia menyangkal tanggung jawab bahwa retorika-retorika yang selama ini digaungkannya bisa saja berperan besar dalam memotivasi aksi nekat Sayoc tersebut.
"Saya dengar dia (pelaku-red) adalah seseorang yang memilih saya dibanding yang lain. Tidak ada sikap menyalahkan," ucap Trump. "Media telah bertindak sungguh tidak adil kepada Republikan, konservatif dan tentu kepada saya. Dengan semua yang disebutkan itu, kita menang. Jadi saya menyukainya," imbuhnya.
Secara terpisah, saat ditanya soal peranan retorika Trump dalam kasus Sayoc ini, Direktur FBI Christopher Wray menjawab: "Masih terlalu dini pada tahap ini bagi kita untuk membahas motivasi dalam kasus khusus ini."
Sayoc diyakini bertanggung jawab atas pengiriman 13 paket bahan peledakdalam sepekan terakhir. Kebanyakan tokoh yang menjadi target Sayoc merupakan sosok yang dibenci para pendukung Trump karena sikap kritis mereka terhadap Trump.
Mereka adalah mantan Presiden AS Barack Obama, kemudian Hillary Clinton, mantan Wakil Presiden AS Joe Biden, mantan Direktur CIA John Brennan, mantan Direktur Intelijen AS James Clapper, mantan Jaksa Agung Eric Holder, anggota parlemen Maxine Waters, Senator Cory Booker, Senator Kamala Harris, miliarder George Soros dan aktor Hollywood Robert De Niro. Biden dan Waters masing-masing mendapatkan dua paket.
Masing-masing paket dilaporkan berisi bom rakitan yang terdiri atas pipa PVC sepanjang 15 cm, sebuah jam kecil, sebuah baterai, kabel dan 'material energik' yang oleh Direktur FBI disebut berpotensi meledak. [dtk]