GELORA.CO - Aksi pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid dinilai sebagai pertanda akan kekalahan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam ajang Pilpres 2019.
Ketua Presidium Alumni Aksi Bela Islam 212, Slamet Maarif menilai, aksi anggota Banser Nahdatul Ulama (NU) Garut, Jawa Barat itu merupakan penodaan agama.
Hal itu, kata dia, bakal menyulut kemarahan umat Islam untuk tidak memilih rezim yang islamphobia sebagaimana kekalahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada ajang Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 lalu.
"Energi akan hadir di Indonesia, penghinaan Ahok membuat umat bersatu padu dan membuat Ahok kalah saudara. Dan saya yakin energi pembakaran kalimat tauhid akan menjadi yang mempersatukan umat untuk mengalahkan menjatuhkan Jokowi di 2019," tegasnya dalam diskusi bertajuk 'Membakar Bendera Tauhid, Penghinaan Terhadap Islam?' di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (25/10).
Perlu diketahui, beberapa elite Gerakan Pemuda Ansor, termasuk Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas sudah terang-terangan menyatakan dukungan untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin di pilpres mendatang.
Maka dari itu, demi memulai proses kekalahan Jokowi, Slamet Maarif mengajak umat Islam tidak segan-segan turun ke jalan dalam melakukan Aksi Bela Tauhid yang akan diselenggarakan pada Jumat (26/10) besok siang di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam).
"Tandanya sama saudara, tanda kemenangan bagi kita, tanda kekalahan buat mereka. Karena itu Umat islam jangan takut maju terus. Besok ada aksi di Patung Kuda, berangkat," ujarnya. [rmol]